Legenda yang sangat masyhur dikalangan masyarakat Jawa Barat, sebuah cerita tentang kedahsyatan ilmu “Semar Ireng” yang dimiliki pangeran Walang Sungsang atau yang disebuat dengan Mbah Kuwu Cakra Buana. Mengisahkan pertemuan dua sosok legendaris pangeran Walang Sungsang dan kyai Semar, di daerah Wanayasa Sumber Jawa Barat.
Setelah bermimpi bertemu Rosululloh SAW, pangeran Walang Sungsang, yang kala itu masih beragama Hindu harus menerima pengusiran ayahandanya Prabu Siliwangi, atas kegigihannya demi mencari agama yang bernama Islam.
Dengan penuh keyakinan Walang Sungsang, terus bertanya terhadap siapapun yang dijumpainya “Wahai kisanak!! Tahukah anda dimana saya harus mencari yang namanya ajaran Islam?”
Semua hanya menggelengkan kepala tanda tidak tahu apa itu ajaran Islam! Karena memang kala itu hampir keseluruhan masyarakat Jawa Barat, masih menganut ajaran Hindu.
Berhari-hari Walang Sungsang, terus mencari hingga tanpa beliau ketahui, seorang Resi bernama Poh Pohaci, mencegatnya:
“Wahai putra Prabu Siliwangi, gerangan apa yang membuat mukamu bersedih hati, apa kau ingin ilmu kesaktian….atau tahta yang besar”
“Duh….ampun Resi,, aku bersedih karena belum menemukan yang aku cari selama ini yaitu, ajaran Islam”
Mendengar ajaran yang barusan disebutkan, Resi Poh Pohaci, jadi terdiam sesaat:
“Wahai putra Galuh….lewat hawatif yang kuterima, datanglah ke daerah Gunung Jati, temuilah pertapa sakti bernama Mahesa Kawa (sebutan para Resi, untuk Syeikh Dzatul Kahfi) dan terimalah pusaka rompi tambal sewu dariku yang bilamana dipakai akan ringan seperti angin”
Setelah undur pamit, Walang Sungsang, langsung meneruskan perjalanannya dan sesampainya di kaki hutan gunung Ciremai, beliau dihadang oleh Nini Cerewet berhati baik. Nenek ini terkenal sangat sakti dikalangan para pertapa dan resi kala itu, beliau bernama Nini Rancang.
“Eitt eittt eeeeittt…….wong bagus mau kemana berjalan sendiri dengan muka penuh kesedihan”
“Ampun Nini…..saya sedih karena belum menemukan yang selama ini aku cari yaitu, ajaran Islam”
“Waladalaaaa…wong bagus,,,,, agama itu belum ada, mungkin sebentar lagi akan tergenggam ditanganmu, sabar yo wong bagusssss….Terimalah pusaka Nini, berupa Konde Emas, manfaatnya tahan panas dari segala cuaca”.
Setelah diterima pusaka Nini Rancang, Walang Sungsang, langsung melanjutkan perjalananya menuju Gunung Jati, dan seiring pencariannya ini tak sedikit para resi dan pertapa sakti yang merasa kasihan atas kegigihannya, mereka membekalinya dengan pusaka kelas wahid, dianataranya, Resi Bangau, yang memberikan mustika Ampal (mustika yang bisa memuat seisi alam dunia) resi Jagat Nata, yang memberikan mustika Topong Slimpet (mustika menghilang) resi Badranaya, yang memberikan mustika Keris Brahma, luk 11 (pusaka yang mampu menghancurkan gunung) dan sebelum akhirnya bertemu dengan sosok Wali Kamal, Syeikh Dzatul Kahfi Gunung Jati, beliau lebih dahulu bertemu dengan dua tokoh sakti kyai Semar dan resi Danuwarsih. Inilah kisah selengkapnya………………
Disaat melewati daerah Wanayasa, pangeran Walang Sungsang, merasa tertarik untuk mampir disebuah gubuk terpencil yang cungkup atasnya memancarkan aura terang benderang.
“Sampurasun…kisanak, apa ada orang di dalam”
Lalu pintu-pun dibukannya, keluarlah seorang pemuda yang membuat Walang Sungsang, berdiam kaku.
Walang Sungsang, tercekat kaget karena pancaran wajah yang dimiliki oleh sang tuan rumah sangat bercahaya sehingga tiada bosan untuk selalu dilihat mata.
“Wahai putra Galuh,,,jangan kau tercengang atas apa yang kau lihat, semuanya adalah fana’ dan hanya Allah, yang wajib kau sembah”
Mendengar nama Allah, disebut, Walang Sungsang, langsung bersujud simpuh dihadapan orang tadi “Ya Kanjeng Dzatul Kahfi, ajarkanlah Islam kepadaku dan terimalah aku menjadi bagian dari hidupmu (murid)”
“Hahahaha…..putra Galuh, aku bukan orang yang kau cari, aku masih satu keturunan dengan ayahandamu, namaku Nur cahya bin Samud bin Aad bin Aosh, (nama Semar aslinya) Bila kau ingin mencari Islam, pergunakan sifat lembutmu dan jadikan dirimu manusia yang penuh akan cinta. Sesungguhnya para Auliya, sangat menyukai orang yang penuh akan ilmu ketulusan”
“Sebelum kau menemukan Islam yang menjadi sejatinya akidah, ikutlah terlebih dahulu bersamaku dalam mengenal penataan dan kecintaan sehingga gurumu kelak akan selalu menghargaimu sebagai muridnya”
Dari kisah inilah walang Sungsang, mulai diajari beberapa ilmu rasa yang mengedepankan sifat kelembutan lewat aji Semar Ireng, yang artinya, “Ilmu tua yang matang” .
Pelajaran awal yang diterima Walang Sungsang, adalah memahami Hakekot Kembang Sereh, inti dari pelajaran ini semata untuk menjadikan walang Sungsang, orang yang di segani, dihormati, dan dipanuti kalayak luas.
Karena Nur Cahya yang tak lain adalah Semar, yang kini menjadi gurunya, tahu betul masa depan yang bakal dihadapinya kelak, apabila seorang juru selamat tanpa mempunyai pengasihan dan kewibawaan tinggi, niscaya sekuat apapun ilmu yang dimilikinya tidak akan menjadikan orang lain tertarik untuk mengikuti segala ucapannya.
Hal semacam ini bagian dari kamalatul ilmi/ sempurnanya ilmu, sebagai pelengkap kehidupan manusia disaat sedang membutuhkannya, sebab apapun Hakekat ilmu akan berujung pangkal atas kebesaran Allah SWT.
Kisah perjalanan Walang Sungsang, menjadi murid kyai semar, memakan waktu kurang lebih empat tahun lamanya dan terakhir kalinya ilmu yang bedarkan oleh kyai Semar, adalah mewujudkan Hakekot kembang sereh menjadi sebuah pusaka mata tombak berurat bumi.
Semua ini mencerminkan bahwa siapapun orangnya yang mampu mewujudkan suatu sifat menjadi nyata adalah bagian dari tingkat kesempurnaan manusia menuju kesabaran yang tiada tara.
Untuk lebih detailnya, kami akan tuliskan keistimewaan ilmu Semar Putih, yang berasal dari mustika bumi Sereh lanang, salah satunya:
– Dimana setiap malam rembulan (15 kalender Jawa) bila anda ingin mencari batu mulia atau batu magnet, maka galilah pohon sereh yang sedang berkembang, tepatnya pukul 24.00 sampai 01 dini hari, maka buktikan secara nyata, anda akan menemukan beberapa atau puluhan batu permata siap pakai.
– Petiklah kembang sereh ditengah malam jum’at, dan jadikanlah kembang tadi sebagai azimat yang ditaruh diatas pintu depan, maka segala bentuk ilmu santet akan musnah dan bisa anda lihat bentuknya, yaitu tepat dibawah kembang sereh yang anda taruh tadi.
– Petik kembang sereh di tengah malam selasa legi, gunakan kembang ini setiap saat dengan cara dicelupkan pada segelas air putih, lalu minumkan pada siapapun yang terkena penyakit HIV, niscaya lambat laun akan pulih seperti sedia kala.
– Bagi anda yang gemar ritual tapi berjiwa penakut, ambil 5 helai kembang sereh, dan letakkan dihadapan kita sewaktu berdzikir atau ritual lainnya, niscaya kita tidak akan pernah diganggu oleh suara atau penampakkan dan sejenisnya.
– Untuk kalangan kaula muda yang senang sanjungan atau ingin mempermudah dalam asmara, seringlah mandi air kembang sereh yang dicampur dengan kembang melati secukupnya, niscaya siapapun lawan jenis yang anda dekati akan mudah luluh hatinya.
– Dalam suatu pengobatan yang diluar nalar kita, seperti kesurupan mendadak, ayan, kejang, panas tinggi dan suka melamun, petiklah 7 helai kembang sereh di tengah malam jum’at kliwon, dan rendam dengan air kelapa hijau yang saat memetiknya tidak boleh dijatuhkan ke tanah, biarkan selama 10 menit, lalu minumkan, niscaya dengan keagungan do’a Waliyulloh, orang tersebut akan langsung sembuh.
– Sangat beruntung sekali bagi anda yang memiliki mata tombak dari kembang sereh, karena siapapun yang memilikinya bisa dijadikan 1000 wasilah pengasihan spektakuler.
– Juga bagi anda yang memiliki mata tombak yang didapat dalam serabut kembang sereh, anda akan langsung mempunyai kekuatan pancra indra dan kelebihan lainnya diatas rata-rata orang umum, atau setingkat dengan 333 kekeuatan menurut pandangan ahli hikmah. Dan kekuatan yang didapat dari mata tombak kembang sereh akan selalu aktif sampai pada keturunan kita yang ke empat atau setara dengan 200 tahun lamanya.