Legenda yang sangat masyhur dikalangan masyarakat Jawa Barat, sebuah cerita tentang kedahsyatan ilmu “Semar Ireng” yang dimiliki pangeran Walang Sungsang atau yang disebuat dengan Mbah Kuwu Cakra Buana. Mengisahkan pertemuan dua sosok legendaris pangeran Walang Sungsang dan kyai Semar, di daerah Wanayasa  Sumber Jawa Barat.

Setelah bermimpi bertemu Rosululloh SAW, pangeran Walang Sungsang, yang kala itu masih beragama Hindu harus menerima pengusiran ayahandanya Prabu Siliwangi, atas kegigihannya demi mencari agama yang bernama Islam.

Dengan penuh keyakinan Walang Sungsang, terus bertanya terhadap siapapun yang dijumpainya “Wahai kisanak!! Tahukah anda dimana saya harus mencari yang namanya ajaran Islam?

Semua hanya menggelengkan kepala tanda tidak tahu apa itu ajaran Islam! Karena memang kala itu hampir keseluruhan masyarakat Jawa Barat, masih menganut ajaran Hindu.

Berhari-hari Walang Sungsang, terus mencari hingga tanpa beliau ketahui, seorang Resi bernama Poh Pohaci, mencegatnya:

Wahai putra Prabu Siliwangi, gerangan apa yang membuat mukamu bersedih hati, apa kau ingin ilmu kesaktian….atau tahta yang besar

Duh….ampun Resi,, aku bersedih karena belum menemukan yang aku cari selama ini yaitu, ajaran Islam

Mendengar ajaran yang barusan disebutkan, Resi Poh Pohaci, jadi terdiam sesaat:

Wahai putra Galuh….lewat hawatif yang kuterima, datanglah ke daerah Gunung Jati, temuilah pertapa sakti bernama Mahesa Kawa (sebutan para Resi, untuk Syeikh Dzatul Kahfi) dan terimalah pusaka rompi tambal sewu dariku yang bilamana dipakai akan ringan seperti angin

Setelah undur pamit, Walang Sungsang, langsung meneruskan perjalanannya dan sesampainya di kaki hutan gunung Ciremai, beliau dihadang oleh Nini Cerewet berhati baik. Nenek ini terkenal sangat sakti dikalangan para pertapa dan resi kala itu, beliau bernama Nini Rancang.

Eitt eittt eeeeittt…….wong bagus mau kemana berjalan sendiri  dengan muka penuh kesedihan

“Ampun Nini…..saya sedih karena belum menemukan yang selama ini aku cari yaitu, ajaran Islam

Waladalaaaa…wong bagus,,,,, agama itu belum ada, mungkin sebentar lagi akan tergenggam ditanganmu, sabar yo wong bagusssss….Terimalah pusaka Nini, berupa Konde Emas, manfaatnya tahan panas dari segala cuaca”.

Setelah diterima pusaka Nini Rancang, Walang Sungsang, langsung melanjutkan perjalananya menuju Gunung Jati, dan seiring pencariannya ini tak sedikit para resi dan pertapa sakti yang merasa kasihan atas kegigihannya, mereka membekalinya dengan pusaka kelas wahid, dianataranya, Resi Bangau, yang memberikan mustika Ampal (mustika yang bisa memuat seisi alam dunia) resi Jagat Nata, yang memberikan mustika Topong Slimpet (mustika menghilang) resi Badranaya, yang memberikan mustika Keris Brahma, luk 11 (pusaka yang mampu menghancurkan gunung) dan sebelum akhirnya bertemu dengan sosok Wali Kamal, Syeikh Dzatul Kahfi Gunung Jati, beliau lebih dahulu bertemu dengan dua tokoh sakti kyai Semar dan resi Danuwarsih. Inilah kisah selengkapnya………………

Disaat melewati daerah Wanayasa, pangeran Walang Sungsang, merasa tertarik untuk mampir disebuah gubuk terpencil yang cungkup atasnya memancarkan aura terang benderang.

Sampurasun…kisanak, apa ada orang di dalam

Lalu pintu-pun dibukannya, keluarlah seorang pemuda yang membuat Walang Sungsang, berdiam kaku.

Walang Sungsang, tercekat kaget karena pancaran wajah yang dimiliki oleh sang tuan rumah sangat bercahaya sehingga tiada bosan untuk selalu dilihat mata.

Wahai putra Galuh,,,jangan kau tercengang atas apa yang kau lihat, semuanya adalah fana’ dan hanya Allah, yang wajib kau sembah

Mendengar nama Allah, disebut, Walang Sungsang, langsung bersujud simpuh dihadapan orang tadi “Ya Kanjeng Dzatul Kahfi, ajarkanlah Islam kepadaku dan terimalah aku menjadi bagian dari hidupmu (murid)

Hahahaha…..putra Galuh, aku bukan orang yang kau cari, aku masih satu keturunan dengan ayahandamu, namaku Nur cahya bin Samud bin Aad bin Aosh, (nama Semar aslinya) Bila kau ingin mencari Islam, pergunakan sifat lembutmu dan jadikan dirimu manusia yang penuh akan cinta. Sesungguhnya para Auliya, sangat menyukai orang yang penuh akan ilmu ketulusan

Sebelum kau menemukan Islam yang menjadi sejatinya akidah, ikutlah terlebih dahulu bersamaku dalam mengenal penataan dan kecintaan sehingga gurumu kelak akan selalu menghargaimu sebagai muridnya

 

Dari kisah inilah walang Sungsang, mulai diajari beberapa ilmu rasa yang mengedepankan sifat kelembutan lewat aji Semar Ireng, yang artinya, “Ilmu tua yang matang” .

Pelajaran awal yang diterima Walang Sungsang, adalah memahami Hakekot Kembang Sereh, inti dari pelajaran ini semata untuk menjadikan walang Sungsang, orang yang di segani, dihormati, dan dipanuti kalayak luas.

Karena Nur Cahya yang tak lain adalah Semar, yang kini menjadi gurunya, tahu betul masa depan yang bakal dihadapinya kelak, apabila seorang juru selamat tanpa mempunyai pengasihan dan kewibawaan tinggi, niscaya sekuat apapun ilmu yang dimilikinya tidak akan menjadikan orang lain tertarik untuk mengikuti segala ucapannya.

Hal semacam ini bagian dari kamalatul ilmi/ sempurnanya ilmu, sebagai pelengkap kehidupan manusia disaat sedang membutuhkannya, sebab apapun Hakekat ilmu akan berujung pangkal atas kebesaran Allah SWT.

Kisah perjalanan Walang Sungsang, menjadi murid kyai semar, memakan waktu kurang lebih empat tahun lamanya dan terakhir kalinya ilmu yang bedarkan oleh kyai Semar, adalah mewujudkan Hakekot kembang sereh menjadi sebuah pusaka mata tombak berurat bumi.

Semua ini mencerminkan bahwa siapapun orangnya yang mampu mewujudkan suatu sifat menjadi nyata adalah bagian dari tingkat kesempurnaan manusia menuju kesabaran yang tiada tara.

Untuk lebih detailnya, kami akan tuliskan keistimewaan ilmu Semar Putih, yang berasal dari mustika bumi Sereh lanang, salah satunya:

– Dimana setiap malam rembulan (15 kalender Jawa) bila anda ingin mencari batu mulia atau batu magnet, maka galilah pohon sereh yang sedang berkembang, tepatnya pukul 24.00 sampai 01 dini hari, maka buktikan secara nyata, anda akan menemukan beberapa atau puluhan batu permata siap pakai.

– Petiklah kembang sereh ditengah malam jum’at, dan jadikanlah kembang tadi sebagai azimat yang ditaruh diatas pintu depan, maka segala bentuk ilmu santet akan musnah dan bisa anda lihat bentuknya, yaitu tepat dibawah kembang sereh yang anda taruh tadi.

– Petik kembang sereh di tengah malam selasa legi, gunakan kembang ini setiap saat dengan cara dicelupkan pada segelas air putih, lalu minumkan pada siapapun  yang terkena penyakit HIV, niscaya lambat laun akan pulih seperti sedia kala.

– Bagi anda yang gemar ritual tapi berjiwa penakut, ambil 5 helai kembang sereh, dan letakkan dihadapan kita sewaktu berdzikir atau ritual lainnya, niscaya kita tidak akan pernah diganggu oleh suara atau penampakkan dan sejenisnya.

– Untuk kalangan kaula muda yang senang sanjungan atau ingin mempermudah dalam asmara, seringlah mandi air kembang sereh yang dicampur dengan kembang melati secukupnya, niscaya siapapun lawan jenis yang anda dekati akan mudah luluh hatinya.

– Dalam suatu pengobatan yang diluar nalar kita, seperti kesurupan mendadak, ayan, kejang, panas tinggi dan suka melamun, petiklah 7 helai kembang sereh di tengah malam jum’at kliwon, dan rendam dengan air kelapa hijau yang saat memetiknya tidak  boleh dijatuhkan ke tanah, biarkan selama 10 menit, lalu minumkan, niscaya dengan keagungan do’a Waliyulloh, orang tersebut akan langsung sembuh.

– Sangat beruntung sekali bagi anda yang memiliki mata tombak dari kembang sereh, karena siapapun yang memilikinya bisa dijadikan 1000 wasilah pengasihan spektakuler.

– Juga bagi anda yang memiliki mata tombak yang didapat dalam serabut kembang sereh, anda akan langsung mempunyai kekuatan pancra indra dan kelebihan lainnya diatas rata-rata orang umum, atau setingkat dengan 333 kekeuatan menurut pandangan ahli hikmah. Dan kekuatan yang didapat dari mata tombak kembang sereh akan selalu aktif sampai pada keturunan kita yang ke empat atau setara dengan 200 tahun lamanya.

Sebuah sarana yang pernah dibuat dan menjadi pegangan Bung Karno semasa beliau hidup. Konon, tuahnya meredam segala fitnah. Kharismanya bisa menyatukan masyarakat luas kekeramatannya, akan menuntun kita ke suatu jalan derajat mulia dalam pemerintahan. Piranti ini disebut dengan nama Minyak Pemimpin.

Kekeramatan dari sebuah olah bathin manusia, piranti ini banyak diburu oleh para pejabat kerajaan di zaman kejayaan Prabu Siliwangi.

Pada masa itu para resi, empu dan ahli bathin lainnya, mereka banyak di rekrut / dibayar oleh para penguasa istana untuk membuat piranti ini. Begitu keramatkah sehingga para pembesar istana menginginkannya?

Kisah piranti yang satu ini tergolong piranti yang disakralkan dan tentunya sulit ditemui. Yang pasti piranti ini bukan sembarang piranti yang mudah dibuat, bahkan seiring zaman berganti piranti ini sudah tidak terdengar lagi akan kabar beritanya. Nah, bagaimanakah piranti ini sampai jatuh ke tangan Misteri? Inilah kisahnya.

Pada tahun 1995 yang lalu, Misteri mulai aktif belajar ilmu pada seorang ulama khos di daerah Magelang Jawa Tengah. Di sana Misteri belajar selama 3 tahun lebih, dan selama masa itu pula Misteri dilarang makan nasi atau ketan oleh Sang Guru.

Baru setelah lulus dari sana dilanjutkan ke salah satu guru dari Rijalulloh Bumi yang bermukim di pesarean Ki Umar Guna setahun lamanya. Dan yang terakhir, ke mursyid Ma’rifatbillah yang mengarang beberapa kitab, di antaranya, IQODZUL HIMAM FI TARJAMATUL AQIDATUL AWAM, KHOMSINA AQOID, dan lain-lain.

Tentunya, dalam penggodokan ilmu / pemahaman seputar dunia supranatural lewat bimbingan mereka membuat kepekaan dalam menyelami dunia goib kian bertambah.

Hingga pada suatu malam di bulan maulud, tepatnya tahun 2000 lalu, di saat Misteri sedang tirakat meritualkan surat Al-Ikhlas, tepatnya di malam terakhir, Misteri merasakan ketidakkuatannya dalam menahan rasa kantuk dan lapar. Mungkin semua faktor akibat satu minggu lebih perut Misteri tak pernah di isi secuil pun makanan, hingga malam itu, mungkin karena lelahnya Misteri akhirnya tertidur.

Entah sudah berapa lama Misteri terlelap dalam hangatnya kasur butut, tiba-tiba Misteri terbangun karena seolah dilempar benda keras yang mengenai perutnya. Masih dalam keadaan setengah sadar, sebuah cahaya besar dari sosok wujud manusia terpancar terang di sudut kanan kamar. Benar sosok manusia yang tak asing dan tak bukan lagi beliau adalah Bung Karno sang legendaris.

Sambil memegang tongkat berkepala burung garuda dan sebuah bendera merah putih di pundaknya serta memakai baju dan celana berwarna putih beliau menatapku tajam dengan kewibawaan dan kharismanya yang luar biasa.

Aku benar-benar dibuat tertegun dan seolah tak percaya dengan apa yang ada di hadapanku. Ya, memang Bung Karno adanya, lalu beliau pun menghampiriku. Nak, katanya ”bawalah benda yang tadi jatuh ke asalnya, Pajajar Galuh”. kemudian beliau pun menghilang

Dengan perasaan tergesa, Misteri buru-buru menyalakan lampu kamar dan mencari benda yang dimaksud Bung Karno, atau benda yang tadi menimpa perut Misteri.

Alhamdulillah, ternyata benda itu benar-benar ada tak jauh dari tempat tidur. Oh, benda yang sangat indah, berupa batu cincin sebesar ibu jari kaki dengan urat batu berbentuk macan loreng.Subhanalloh.

Keesokan harinya setelah tanya sana tanya sini tentang tempat yang dimaksud Bung Karno semalam, akhirnya tempat itu ditemukan juga. Empat malam Misteri ritual di sana dan pada malam ke empat / terakhir, batu macan tiba-tiba meloncat dari saku baju Misteri dan akhirnya melesat ke atas sehingga raib.

Pada saat raibnya batu macan tersebut, dari atas genteng terdengar suara letusan sangat keras. Bersamaan dengan letusan tadi seberkas cahaya melesat masuk dan jatuh tepat di hadapanku. Ternyata cahaya tadi berasal dari sebuah batu / beling yang di dalam nya terdapat cairan minyak berwarna kuning muda bercampur dengan butiran padat berwarna hitam.

Dari kisah minyak itu satu bulan kemudian seorang tamu datang mencariku. Beliau mengaku sebagai salah satu pejabat negara yang sedang dilanda kasus akibat suatu masalah………. Konon menurut pengakuan si tamu dalam mimpinya, “carilah minyak pemimpin / penolong, karena hanya sarana itulah yang mampu menyelamatkan permasalahanmu”. bahkan yang menjadi rasa percaya, Syeikh Bayan juga memberikan nama pemilik dari Minyak Pemimpin berikut alamat lengkapnya, tambah si tamu sambil menunjuk padaku

Singkat cerita pada akhirnya Minyak Pemimpin berpindah tangan, mungkin sudah takdirnya, pikirku. Namun, di malam harinya saat tertidur pulas, Bung Karno hadir dalam mimpi yang menakutkan. Beliau langsung memarahi Misteri dengan luapan emosi yang tiada terbendung. Misteri didamprat habis-habisan, “koe ora ngerti di untung yen koe nek ngei ning liyone koe kudu melokno adate goib” yang kurang lebih artinya “kamu tidak tahu diuntung, kalau minyak itu mau dipasrahkan ke orang lain, kamu harus ikuti peraturan yang sudah ditetapkan di alam goib sana”.

Bung Karno juga menambahkan “dasar koe ora ngerasa no penggawean obat tinuku, inget! Serono iku ora gampang dig awe, kudu iso lepas lan butuh bala bantuan para sulthon jin. Inget! Sarana tuwo kudu dipelokno, soko ati bebek rojo, kembang agung Wijaya Kusuma, ayam cilik ing keramat, kelopo Nunggal lan batu Mulyo ing jagat raya”.

Kurang lebih artinya sebagai berikut, “dasar kamu tidak pernah merasakan berat beban dalam tirakatnya, Ingat! Sarana ini tidak mudah diperoleh, kecuali ditebus dengan puasa lepas dan butuh bantuan para raja jin, ingat! Sarana dari minyak ini sulit didapatkan, semua itu karena diambil dari yang bertuah. Yaitu hati dari seekor bebek pemimpin, kembang mulia Wijaya Kusuma, hati seekor ayam keramat, buah Kelapa Nunggal dan batu Merah Delima.

Dari pengalaman mimpi itu membuat Misteri terketuk hati. Untuk terus belajar dan mencari, semoga di suatu hari nanti Minyak Pemimpin bisa dibuat sendiri, tekad bathin Misteri yang sangat dalam.

Lambat laun seiring waktu berjalan suatu pemahaman dan kepekaan dalam mengolah kebatinan kian bertambah, pengalaman masa lalu, pada akhirnya membauahkan hasil yang gemilang semua ini dibuktikannya dengan beberapa penemuan / pembuatan piranti pengasihan. Di antaranya Getah Katilayu, Kelapa Nunggal, Ari-ari Kidang, dan yang terakhir Tirta Kecubung.

Dengan adanya penemuan beberapa minyak tersebut, akhirnya di pertengahan tahun 2006 kemarin, satu persatu seluruh sarana pembuatan piranti Minyak Pemimpin terkumpul sudah. Yaitu, Kelapa Nunggal, seekor bebek pemimpin, ayam keramat, bunga Wijaya Kusuma dan batu Merah Delima.

Lewat suatu kontemplasi yang Misteri lakukan, akhirnya Bung Karno sendiri yang memberikan pemahaman dan keistimewaan dari seluruh sarana pembuatan Minyak Pemimpin sampai ke suatu tirakat dan keistimewaannya. Inilah pemahaman mistik dari ajaran Bung Karno.

Kelapa Nunggal

Buah kelapa ini gampang-gampang susah dicari, sebab dalam satu pohon hanya ada satu-satunya buah (nunggal) yang tumbuh dan itu pun buah Kelapa Nunggal harus yang harus menghadap ke timur. Keistimewaannya sebagai pembuka pamor wajah yang sangat kuat yang di dalamnya sudah terdapat 7 penunggu gaib dari ahli syimar.

Hati seekor bebek pemimpin

Bebek ini punya ciri khas tersendiri, warna bulu putih mulus, paruh dan kaki berwarna kuning tajam. Di atas kepala dan ekornya mempunyai jambul / bulu tambahan yang tak dimiliki oleh bebek lainnya. Bebek ini disebut Raja Pemimpin, karena di manapun bebek ini berada seluruh bebek yang lain pasti akan mengikuti kemanapun bebek pemimpin ini pergi.

Keistimewaannya menarik sukma bagi yang melihat. Perisai diri dari segala gangguan yang bersifat hitam. Mendongkrak karir dalam suatu kharisma tinggi, mudah dalam urusan duniawi dan selalu menjadi pujian banyak orang. Bebek ini mempunyai / dijaga oleh 17 gaib dari bangsa jin Malikul Ardhi.

Ayam Keramat

Ayam ini dahulunya diternak dan menjadi kebanggaan seorang waliyulloh Kamil pada zaman wali songo. Beliau adalah Syeikh Muhyi asal dari Pamijahan asal dari Tasik Jawa Barat. Sepintas ayam ini biasa saja dalam kata lain seperti ayam pada umumnya. Tapi bila kita melihat secara seksama ayam ini mempunyai 2 sifat yang berlawanan. Yaitu;

–          Bulunya berwarna putih mulus

–          Seluruh badannya hitam legam (Cemani) bahkan darahnya pun berwarna hitam kecoklatan.

Dalam pemahaman ilmu gaib ayam ini selalu dijaga oleh 12 khodam dari bangsa birhatihin.

Bunga Wijaya Kusuma

Bunga ini menjadi kebanggaan para lelembut dari dasar laut, keindahan dan keunikan dari bunga ini bisa dilihat setiap bulan purnama telah tiba. Sebab dari daunnya yang mirip dengan tanaman cocor bebek ini akan mengeluarkan putik bunga yang setiap detik akan memanjang dan akhirnya berbentuk bunga besar yang elok dan indah.

Namun sekian banyaknya bunga itu mekar sulit bagi kita untuk mengetahui kapan bunga itu mekar? Sebab bunga Wijaya Kusuma akan mekar dengan sendirinya seiring orang-orang sudah terlelap tidur. Nah, dalam pengkajian ilmu Al-Hikmah, bunga ini mempunyai keistimewaan sebagai pengurip / menghidupkan segala sel hitam di tubuh manusia. menjadikan suatu kharisma yang sungguh sangat luar biasa. Keistimewaan lainnya bunga ini selalu dijaga 177 bangsa lelembut dari Alamul Bahri.

Batu Merah Delima

Tentu benda yang satu ini tak asing lagi bagi para pencari mistik. Keistimewaannya mampu meredam segala benda tajam dan menjadikan kita ke suatu derajat mulia.

Dalam dunia supranatural, batu ini selalu diburu seiring manfaat / khasiat / tuahnya yang begitu spektakuler. Pada intinya, nanti batu ini sebagai pengunci dari pembuatan piranti Minyak Pemimpin.

Dalam menyibak ritual minyak pemimpin, bung Karno mengajarkan beberapa pengertian dan syarat yang harus dilaksanakan. Diantaranya, ritual ini terbagi menjadi dua tingkat.

1.                           Dimulai pada tanggal 29 Djulhizah sampai dengan tanggal 10 Muharom (11 hari puasa lepas / tidak makan dan minum).

2.                           Dimulai pada tanggal 19 Djulhizah sampai dengan tanggal 10 Muharom (21 hari puasa lepas / tidak makan dan minum).

Selain tanggal yang sudah di tentukan ini, Minyak Pemimpin tidak bisa dibikin. Intinya dalam satu tahun hanya boleh melaksanakan ritual 1x (satu kali). Silakan mana yang akan anda pilih, mau yang 11 hari / 21 hari puasa lepas.

TATA CARA RITUAL

–          Potonglah bebek pemimpin dan ayam keramat untuk di ambil hatinya.

–          Bikinlah minyak dari perasan air santan Kelapa Nunggal yang dipanaskan sampai jadi suatu minyak / berubah warna sampai berwarna kuning muda (bening).

–          Apabila minyak Kelapa Nunggal sudah jadi, masukan hati bebek pemimpin, bunga Wijaya Kusuma dan hati ayam keramat jadi satu.

–          Panaskan kembali semua racikan sehingga seluruh bahan menjadi keras. Dengan kata lain, agar racikan tersebut bisa bertahan lama dan tidak bau.

–          Untuk amalan yang dibaca setiap malam / masa ritual, baca hizib magribi 121x, surat ayatul Kursy 333x, doa Nurbuat 77x, tidak lupa sebelum ritual, tawassullah kesemua Wali Songo, Syeikh Siti Jenar, Mbah Jangkung dan ke semua yang megang / bertanggungjawab semasa mereka hidup. Di antara turun temurun, silsilah dari yang punya ilmu ini: Prabu Siliwangi, ibu agung Ratu Laut Kidul, Ki Buyut Macan Putih Gunung Ciremai, Ki Boga Darma Gunung Tidar, Ki Pasopati Gunung Tugel, Ki Ender Amoi Sungai Cipuwai, Ki Bagawan Sakti Tubagus Banten, Ki Bagus Panuntun Hutan Jati, Ki Tolha Kalisapu, Ir. Soekarno bin Sukaini Blitar (mantan Presiden RI-1).

–          Empat hari sebelum ritual selesai, siapkan 4 buah kelapa Hijau obat (apabila ditepas, serabutnya berwarna merah).

–          Dari empat malam terakhir, tepaslah satu buah kelapa Hijau obat tadi, dan saat menjelang membaca amalan Minyak Pemimpin, masukkan batu Merah Delima ke dalam kelapa tersebut. Lakukan cara seperti ini hingga malam terakhir (4-malam berturut-turut).

–          Ingat! Di saat menjelang 4 malam terakhir, kita tidak boleh berada di tempat yang atasnya tertutup (harus di alam terbuka).

Itulah keakuratan proses dari ritual Minyak Pemimpin. Namun, mampukah orang biasa melakukannya? Karena tubuh manusia secara umum, hanya kuat dalam batas tujuh hari saja. Untuk menjadi kuat apa rahasia dibalik semua itu? Inilah kuncinya.

Dalam pemahaman ilmu kejawen lewat Mnah Kuwu Cakra Buana, di terangkan, bahwa penguat rasa dari suatu amalan itu ada, sehingga orang yang tidak mampu puasa lepas, akan kuat dengan sendirinya sampai 11 hari lamanya. Inilah amalan tersebut:

“Sup sinurup Manjing Waruga Waruga Jati, Jati Sampurna, penguat badan kersaning Alloh, penguat lahir Rohman ing Kuoso. Lailaha ilalloh muhammadar rosululloh” 333x

Amalan ini harus dibaca setiap jam 23.00 saat menjalani puasa lepas, dan untuk amalan penguat hingga sampai mampu bertahan selama 21 hari lamanya. Kanjeng Sunan Kali Jaga menjawabnya:

“tumeko subuh sampe petenge jagat, bayi orok panglebur dosa. Sinuhun sakti kang dueni, kuat awak dadi pasti (Allohu Akbar 3x)” 197x.

Amalan ini harus dibaca setelah kita melampaui 11 hari puasa lepas.

Demikianlah sepenggal kisah, dari olah bathin manusia yang akhirnya membawa suatu peruntungan hidup lewat sarana Minyak Pemimpin. Tentu, siapapun akan mampu meritualkan seperti ini, kuncinya, kita mau berusaha dengan segenap tekad dan kebesaran hati.

Lantas, bisakah Minyak Pemimpin di jual belikan secara umum? Mungkin itulah beberapa pertanyaan dari beberapa ritualis yang sudah mampu meritualkannya.

Dalam pengajaran Bung Karno kepada Misteri, minyak ini tidak boleh di perjual belikan dengan bentuk uang, tapi harus ditukar dengan sebuah emas. Bagaimanakah caranya?

Untuk yang berdaya 11 hari puasa lepas, syah serimanya dengan 77gr emas murni. Sedangkan untuk yang berdaya 21 hari puasa, syah terimanya dengan 139gr emas murni.

Semoga dengan rahasia yang terkandung di dalamnya. Semua akan merasakan kekeramatan dari Minyak Pemimpin tersebut.

Abdul Kadir Addus Turkey

Posted: Agustus 24, 2011 in SEJARAH

Salah satu kisah dizaman pertengahan, dimana agama islam telah menjadi panutan hampir seluruh umat didunia, disalah satu daerah, Andulussi bagian dari Negara Turkey, ada salah satu ulama terkenal bernama, Abdul Qodir Addus Turkey atau terkenal dengan sebutan Syeikh Abdul Qodir Al Idrus.
Dalam sejarah kewalian, beliau salah satu wali yang semasa hidupnya telah mendapat rohmat jaminan surga dari Allah SWT, sehingga para malaikat banyak yang meniru akan tingkah laku serta gayanya. bagaimanakah semua ini bisa terjadi padanya?
Sejak usia lima tahun Abdul Qodir kecil ini telah ditinggal oleh kedua orang tuanya pulang ke rahmatulloh, beliau diasuh dari satu keluarga tetangga ketetangga lainnya, maklum zaman tersebut perekonomian masyarakat Andulussi terbilang cukup memprihatinkan, mereka hanya merasa iba dengan, Abdul Qodir kecil yang sudah tidak punya keluarga sama sekali.
Riwayat hidup beliau ini sungguh sangan memprihatinkan untuk anak-anak seusianya, beliau jarang dikasih makan hingga satu minggu atau sampai berbulan lamanya, konon keterbatasan ekonomi itulah hingga membuat si pengasuh Abdul Qodir kecil, lebih condong pada anaknya sendiri dan Abdul Qodir kecil dibiarkan terlantar.
Suatu hari disaat Abdul Qodir kecil terserang sakit panas, beliau acapkali mengigau dan menjerit-jerit dengan kerasnya dan pada waktu itu sang tuan rumah sedang tidak ada di tempat, banyak diantara masyarakat yang berlalu lalang mendengar jeritan Abdul Qodir kecil, namun mereka seolah tidak mengindahkannya.
Hingga waktu yang bersamaan, seorang ulama terkemuka, Syeikh Zakariya bin Zubair yang sedang melintas tempat tersebut mendengar jeritan Abdul Qodir kecil dan beliau langsung mendatanginya. “Celakalah wahai kalian semua yang tidak pernah manyayangi anak ini, sesungguhnya anak ini bagian dari surga Allah, yang sudah dinantikannya” suara ulama tadi begitu kerasnya hingga membuat orang yang berlalu lalang datang berkerumun dimana, Abdul Qodir kecil ditempatkan. setelah masyarkat sekitar mengetahui siapa yang barusan bicara tadi, semuanya langsung memberi hormat dan tidak ada satupun dari mereka yang berani bicara.
Lalu dengan nada lantang, Syeikh Zakariya bin Zubair berkata kembali dihadapan semua orang yang hadir ” Sesungguhnya Allah SWT masih menyelamatkan nyawa anak kecil ini dari kedzoliman orang-orang berhati (bahil / pelit) dan dengan kedatanganku kemari, Allah telah memberi waktu pada kalian semua untuk bertaubat, karena sesungguhnya dengan menelantarkannya, azab akan segera datang menenggelamkan kalian semua”
Kemudian dengan hati-hati, Syeikh Zakariya bin Zubair mengangkat Abdul Qodir Addus Turkey lalu sang anak yang sedang sakit panas ini dibawanya kerumah untuk dirawat. sepeninggal Abdul QODIR dari daerahnya Andulussi hampir semua masyarakat disitu merasa terbebas dari beban tanggungjawab, mereka tidak lagi menggubros ucapan dari Syeikh Zakariya bin Zubair.
Hingga pada bulan yang sama dari kepergian, Abdul Qodir kecil , Allah SWT mengazab daerah tersebut lewat jalan penyakit kulit (kusta) selama tujuh tahun lamanya sehingga lebih dari 70% masyarakat disitu meninggal secara mengenaskan. dari perjalanan penyakit yang banyak merenggut nyawa manusia, hampir semua masyarkat Andulussi mulai menapaki lembaran taubat, mereka selalu melantunkan pujian, do’a dan membaca Al-Qur’an serta beribdah sing dan malam, hati mereka kian pasrah dengan kondisi tubuh yang mulai hilang satu persatu karena terjangkit penyakit kusta yang sangat mematikan.
Pada suatu hari, Qodi Al Khurj, orang yang sangat dipercaya oleh masyarakat setempat, bermimpi bertemu dengan bekas gurunya Syeikh Zakariya bin Zubair… ” Tiada yang bisa meredam oenyakit yang datangnya dari azab Allah SWT. ingatkah tujuh tahun yang lalu seorang bocah yang telah tercipta sebagai yatim piatu yang ditelantarkan tanpa  diberi makan dan minum? sesungguhnya bermula dari itulah azab ini mulai tercipta, mintalah izin padanya, karena hanya dialah, Allah SWT akan menuruti”
Dengan keringat bercucuran, Qodi Al Khurj tersentak angun dan langsung berlari dari satu rumah kerumah yang lain mengumpulkan seluruh masyarakat yang masih tersisa. setelah semua berkumpul, beliau langsung menceritakan mimpi yang barusan dialaminya. dari situlah semua masyarakat ,ulai sadar diri dan semuanya mulai mengingat akan kesalahannya pada tujuh tahun yang lampau.
Lewat kesepakatan bersama, seluruh masyarkat Andulussi akhirnya mendatangi rumah, Syeikh Zakariya bin Zubair untuk meminta maaf kepada Abdul Qodir, sekaligus meminta do’anya untuk meredakan penyakit mematikan yang kini sedang mewabah.
Abdul Qodir, yang kini telah berusia dua belas tahun dan sudak terdidik akan akhlak dan budi pekerti yang baik, beliau dengan rasa khusu’ berdo’a dihadapan semua masyarakat Anduluddi, diantara do’a yang beliau lantunkan antara lain.. ” Wahai sang pencipta alam, Anduluddi adalah derah ku, dimana aku terlahir dan tercipta dari sana, demi ayahanda dan ibuku yang telah bersusah payah melahirkanku, demi masyarakat yang pernah memberiku kehidupan dan demi guruku yang telah mengajariku berbagai ilmu tauhid, kini ikhlasku bebaskan semua masyarakat Andulussi dari penyakit yang engkau ciptakan”
Tiba-tiba seberkas kilat saling bersahutan dilangit sana kemudian disusul dengan hujan yang sangat lebat, ” wahai masyarakatku, basahilah seluruh tubuhmu dengan air hujan penuh  rohmat ini karena sesungguhnya hujan ini tak lain adalah obat yang kau butuhkan ” terang Abdul Qodir.
Benar saja setelah masyarakat mengguyur tubuhnya dengan air hujan, semua penyakit yang mereka derita hilang sudah, bahkan organ tubuh yang sudah cacat akibat penyakit kusta, dengan sareat air hujan tadi, semua organ tubuhnya kembali utuh. sejak kejadian itu, masyarakat meminta agar Abdul Qodir kembali lagi kedaerahnya yaitu Andulussi dan dengan restu sang guru akhirnya Abdul Qodir diperbolehkan menetap sampai akhir hayatnya disana.
Kini, Abdul Qodir telah menjadi orang yang sangat dihormati sekaligus seorang guru spiritual bagi masyarakat Andulussi, mereka sangat menghormati akan kearifan serta kebijakan sifatnya dan diantara sifat beliau yang sangat menonjol, beliau adalah seorang penyayang binatang.
Tahun berganti tahun, nama Abdul Qodir Al Idrus mulai jadi perbincangan bibir lewat kearifannya, hari demi hari orang-orang dari berbagai penjuru daerah mulai berdatangan menjadi muridnya bahkan seiring keharuman namanya, daerah Andulussi akhirnya menjadi kota yang subur dan sebagai basis perdagangan terbesar diseluruh kota turkey pada saat itu.
Dengan maraknya manusia yang bermukim didaerah tersebut, sifat-sifat manusia mulai tidak bisa terkontrol, mereka sebagian ada yang taat dan sebaliknya banyak pula yang memanfaatkan situasi seperti ini untuk dijadikan obyek kemaksiatan, seperti dibangunnya sebuah tempat perjudian dan tempat yang menjual segala minuman yang diharamkan oleh agama.
Seiring hati dan pikiran manusia yang mulai dirasuki akan segala aktifitas kemaksiatan, kini sesama teman mulai salaing membunuh, pemerkosaan mulai marak tejadi dan ujung-ujungnnya siapa yang terkut, itulah yang akan manning.
Melihat keadaan yang sungguh sangat mempti=rihatinkan ini, Abdul Qodir Al Idrus akhirnya pindah kesalah satu tempat yang dianggapnya sepi dan jauh dari kerumunan masyarakat luas, beliau kini hidup bersama dengan para binatang yang menjaganya setiap waktu.
Dari kisah hidupnya, Abdul Qodir Al Idrus akhirnya menjadi seorang waliyulloh kamil yang menjabat sebagai seorang Quthbul Muthlak (Raja Wali Sedunia) karena bermula dari seekor anjing yang dirawatnya. konon suatu hari beliau menjumpai seekor anjing yang sedang luka parah. Anjing ini mengidap suatu penyakit koreng yang rupanya sudah lama bertengger di tubuhya.
Dengan kondisi yang sangat memprihatinkan, Abdul Qodir Al Idrus langsung membawa anjing tersebut untuk diobati. mungkin karena sudah begitu lama anjing tadi punyakit hingga sudah satu bulan lebih penyakit yang diderita si anjing tak juga kunjung sembuh. Baru di bulan kelima dari pengobatan yang diberikan oleh Abdul Qodir Al Idrus, anjing tadi mulai menampakkan kesembuhannya.
Dari kesabarannya dan kasih sayang inilah, Allah SWT akhirnya memberikan suatu derajat luhur padanya yaitu derajat seirang Waliyulloh. Disamping ini beliau juga seorang ahli takwa yang setiap harinya tidak lepas dari 40 hataman Al-Qur’an yang selalu di bacanya secara Istiqomah.
Dengan segala kelebihan dan derajat yang dimilikinya, Abdul Qodir Al Idrus akhirnya menjadi pusat perhatian bangsa malaikat yang berada dialamul malakut. segala aktifitas dan peranannya selalu diikuti oleh semua malaikat, bahkan dalam pemakaian baju maupun celana, bangsa malaikat pernah ditegur oleh Allah SWT.
Konon pada suatu waktu disaat Abdul Qodir Al Idrus habis bekerja menggarap sawahnya yang sebentar lagi akan memasuki masa panen, beliau lupa bahwa baju dan celana yang dipakainya adalah baju yang biasa digunakan untuk sholat. karena beliau tidak punya baju lagi terpaksa beliau ini memakai baju yang biasa untuk bekerja yaitu kaos butut dan celana tambalan yang sangat lapuk.
dari perbuatannya ini, angsa malaikat akhirnya meniru dengan mengikuti apa yang sedang dipakai oleh Abdul Qodir Al Idrus, yaitu semua malaikat pada hari itu semuanya memakai kaos dan celana tambalan persis seperti apa yang dipakai oleh Abdul Qodir Al Idrus. Sehingga Allah SWT menegurnya.
Kembali ke anjing tadi, sejak sembuhnya dari penyakit yang dideritanya, anjing tadi akhirnya ikut serta menumpang hidup dirumah Abdul Qodir Al Idrus, mungkin karena sudah ditolong nyawanya, anjing ini menjadi sangat baik dan selalu menjaga tuannya dengan setia. Namun disuatu hari, Abdul Qodir Al Idrus yang usianya sudah mulai tua, beliau jadi sering sakit-sakitan dan karena kondisi yang kurang memungkinkan, beliau akhirnya tidak bisa mengurus anjingnya dengan baik. mungkin karena kurang terawat, anjing ini lambat laun kondisinya mulai memburuk dan akhirnya terjangkit kembali penyakit lamanya yaitu tubuhnya penuh akan koreng. dari sini anjing mulai menyendiri dengan meninggalkan tuannya yang sama-sama sedang sakit. Diwaktu yang bersamaan dimana orang-orang Andulussi sudah melenceng jauh dari akidah dan agama, pada waktu itu seorang pembunuh sedang dikejar-kejar massa karena barusan membunuh temannya sendiri, beliau ini tercatat sebagai orang yang meresahkan masyarakat karena sudah membunuh lebih dari lima puluh orang banyaknya.
Sambil terus berlari sang pembunuh ini mulai mencari tempat persembunyian agar dirinya selamat dari amukan massa yang sedang mengejarnya. dengan menyelinap diantara pepohonan yang cukup lebat, sang pembunuh akhirnya selamat dari pengejaran, namun untuk kembali lagi kedaerah Andulussi sepertinya sang pembunuh ini tidak mungkin. dari sini beliau terus mencari akal untuk bisa selamat sampai perbatasab ibu kota dan rencananya akan pergi ke yerussalem, namun sebelum beliau melaksanakan naitnya, salah satu dari yang mengejarnya tadi semapt melihatnya sehingga beliau dikejar kembali dan masuk kedalam hutan. Entah sudah berapa jauh sang pembunuh ini memasuki kawasan hutan, beliau baru berhenti berlari tatkala dihadapannya terhadang jurang yang sangat dalam, disitulah beliau beristirahat, namun ternyata dia bukan sendirian ditempat itu melainkan sudah ada yang lebih mendahuluinya, yaitu seekor anjing yang sedang sakit keras. dengan sorot mata yang tajam pembunuh ini terus menatap anjing yang sedang terkulai lemah karena sakit yang dideritanya, beliau lalu mendekati sianjing dan mengangkatnya sambil berkata lirih ” Wahai anjing yang malang, antara kau dan aku sama-sama menderita, kini kau menjadi temanku dan aku berjanji akan mengobati lukamu hingga kau merasa baikan”
Sejak saat itu anjing tadi selalu dalam perawatannya dan seminggu kemudian sianjing mulai sembuh dari penyakitnya. dengan riang sianjing mulai menunjukkan kesembuhannya dengan berlari kecil mengitari lebatnya hutan dan sang pembunuh sendiri merasa senang dengan anjingnya yang sudah sembuh, beliau terus mengikuti kemana anjing ini berlari kecil. terlihat keceriaan diwajah kedua makhluk berbeda sifat yang terus berlari kecil sehingga tanpa disadarinya keduanya telah keluar dari hutan rimba dan menuju dimana kota Andulussi sudah sangat dekat.
Baru sang pembunuh ini terhenyak kaget disaat salah satu masyarakat memberitahukan identitasnya, “……pembunuh…pembunuh…. pembunuh!!! dan tanpa bisa mengelak, sang pembunuh ini akhirnya dikeroyok masssa yang masih menyimpan rasa dendam padanya. disaat amukan massa mulai tidak bisa terkontrol, Abdul Qodir Al Idrus datang melerainya dan semua masyarakat yang tahu siapa dirinya langsung mundur dan berdiri di belakang Abdul Qodir Al Idrus.
Abdul Qodir Al Idrus langsung menghampiri sosok sang pembunuh dan ternyata sang pembunuh ini sudah tidak bernyawa lagi. salah satu dari masyarakat lalu maju dan memberi tahu bahwa yang dibunuh itu adalah pembunuh yang meresahkan massyarakat, jadi sepantasnya beliau mati, terang orang tadi. dengan wajah tenang, Abdul Qodir Al Idrus lalu berdiri dan berkata ” Wahai ketauhikah kalian semua, sesungguhnya yang kau bunuh ini adalah ahli surga, beliau mati dalam husnul khotimah karena amalnya yang telah merawat dan menyembuhkan anjingku dari penyakit yang dideritanya, sebagai pembuktian kuburlah dia baik-baik niscaya kalian semua akan melihatnya”
Antara takut dan penasaran, masyarakat akhirnya menguburkan jasad sang pembunuh ini selayaknya orang beriman pada umumnya dan saat penguburan telah usai, tiba-tiba dari atas langit bermunculan ratusan bidadari yang menyerukan Sholawat Nabi dengan merdunya seb agai pengiring dari orang-orang yang diterima amal kebaikannya.

Legenda Kewalian Syekh Magelung Sakti

Posted: Agustus 24, 2011 in SEJARAH

Arifin Syam adalah putra dari kepala bagian pembesar istana dibawah kekuasaan Raja Hut Mesir, beliau sejak bayi telah ditinggalkan oleh ayah bundanya kehadirat Allah SWT, dan akhirnya dibesarkan oleh seorang muslim yang taat, disalah satu kota terpencil bagian negara Syam.
Nama Arifin Syam sendiri diambil dari kota dimana beliau dibesarkan kala itu yaitu Negara Syam. Dalam keumuman manusia seusianya, Arifin Syam dikenal sangat pendiam namun pintar dalam segi bahasa bahkan saking pintarnya beliau sudah terkenal sejak usia 7 tahun dengan panggilan sufistik kecil dikalangan guru dan pendidik lainnya. Karena pintar inilah beliau banyak diperebutkan kalangan guru besar diseluruh negara bagian Timur Tengah, dan sejak usia 11 tahun beliau telah menempatkan posisinya sebagai pengajar termuda diberbagai tempat ternama sepeti : Madinah, Mekkah, Istana Raja Mesir, Masjidil Aqso Palestina dan berbagai tempat ternama lainnya.
Namun dalam kepribadiannya, beliau banyak dihujat oleh ulama fukkoha, dikarenakan rambutnya yang semakin hari semakin memanjang tidak terurus, sehingga dalam pandangan para ahlul fikokkha, Srifin Syam terkesan bukan sebagai seorang pelajar religius yang mengedepankan makna tatakrama seorang sufistik agung.
Hal semacam ini bukan karena Arifin Syam tidak mau mencukur rambutnya yang lambat laun jatuh ke tanah, namun beliau sediri sudah ratusan kali beriktiar kebelahan dunia untuk mencari orang sakti yang benar-benar mampu memotonga rambutnya, pasalnya sejak dilahirkan ke alam dunia, rambut Arifin Syam sudah tidak bisa dipotong oleh sejenis benda tajam maupun alat lainnya dan kisah ini berlanjut hingga beliau berusia 40 tahun. di usisa 30 tahun beliau diambil oleh Istana Mesir dan menjadi panglima perang dalam mengalahkan pasukan Romawi dan Tartar, dan dari sinilah nama beliau mulai mashur dikalangan masyarakat luas sebagai panglima perang tersakti diantara panglima perang sebelumnya. sebab keumuman seorang panglima kala itu bisa dilihat dari strategi perangnya dan juga kelihaiannya dalam memainkan pedang, panah maupun tombak dikancah peperangan, namun lain dengan Arifin Syam, yang kini sudah bergelar dengan nama Panglima Mohammad Syam Magelung Sakti, beliau acap kali tidak membawa pedang maupun tombak dalam memimpin pasukannya, namun beliau selalu menebaskan rambutnya yang seperti kawat baja disetiap menghadapi ribuan pasukan musuh sehingga dengan kesaktian rambutnya pula membuat pasukan musuh pontang panting.
Kisah kesaktian rambutnya mulai mashur di usia 32 tahun dan pada usia 34 tahun beliau bertemu secara yakodho / lahir dengan Nabiyullah Hidir AS yang mengharuskan beliau mencari guru mursyid sebagai pembimbingnya menuju maqom kewalian kamil. Kisah pertemuan dengan Nabiyullah  Hidir AS membuat beliau meninggalkan istana Raja Mesir yang kala itu sangat membutuhkan tenaganya, bahkan bukan hanyaitu beliau pun kerap dinantikan oleh seluruh muridnya dalam pengena (Waliyullah).
Dengan perbekalan makanan dan ratusan kitab yang dibawanya, Mohammad Syam Magelung Sakti mulai mengarungi belahan dunia dengan membawa perahu jukung (Perahu getek) seorang diri, beliau mulai mendatangi beberapa ulama terkenal dan singgah untuk mengangkatnya menjadikan muridnya, diantara yang disinggahi beliau antara lain : Syeikh Dzatul Ulum Libanon, Syeikh Attijani Yaman bagian Selatan, Syeikh Qowi bin Subhan bin Arsy Bairut, Syeikh Assamargondi bin Zubair bin Hasan India, Syeikh Muawwiyah As-salam Malaka, Syeikh Mahmud Yerussalem, Syeikh Zakariyya bin Salam bin Zaab Tunisia, Syeikh Marwan bin Sofyan Siddrul Muta’allim Campa, dan masih banyak yang lainnya. Namun walau begitu banyaknya para Waliyullah yang beliau datangi, tidak satu pun dari mereka yang menerimanya, mereka malah berbalik berkata “Sesungguhnya akulah yang meminta agar menjadi muridmu wahai sang Waliyullah”
Dengan kekecewaan yang mendalam, Moh. Syam Magelung Sakti mulai meninggalkan mereka untuk terus mencari Mursyid yang diinginkannya hingga pada suatu hari beliau bertemu dengan seorang pertapa sakti bangsa Sanghiyang bernama Resi Purba Sanghiyang Dursasana Prabu Kala Sengkala di perbatasan sungai selat malaka.
” Datanglah wahai kisanak di pulau Jawa, sesungguhnya disana telah hadir seorang pembawa kebajikan bagi seluruh Wliyullah, benamkan hati dan pikiranmu ditelapak kakinya, sesungguhnya beliau mengungguli dari semua Waliyullah yang ada” Dengan perkataan sang Resi barusan, Moh. Syam sangat senang mendengarnya dan setelah pamit beliaupun langsung meneruskan perjalanannya menuju pulau Jawa.
Mungkin pembaca sekalian merasa bingung dengan perkataan Resi tadi yang menanyatakan “Benamkan hati dan pikiranmu ditelapak kakinya” seolah perkataan ini terlalu riskan di ucapkan pada seorang yang mempunyai derajat Waliyullah. Sebelum pen-meneruskan cerita selanjutnya, ada baiknya Misteri jelaskan terlebih dahulu kata bahasa tadi agar tidak salah tafsir nantinya…
Dalam pemahaman ilmu tauhid, bahwasannya tingkat ke Walian di bagi menjadi beberapa bagian dan tingkat tertinggi disini adalah Maqom Quthbul Mutlak, yang di teruskan dengan Maqom Atmaniyyah, Arba’atul ‘Amadu, Muqoyyad, Autad, Nuqiba, Nujaba ‘ Abdal, Nasrulloh, Rijalulloh dan lain sebagainya.
Diantara Wali yang ada, semua Waliyullah derajatnya dibawah telapak Quthbul Muthlak sendiri derajatnya sebagai penerus Rosululloh, yaitu dibawah ketiak atau pundaknya Nabiyulloh Muhammah SAW (Maqom Qurbah). Jadi walau Moh. Syam Magelung Sakti pada waktu itu derajatnya sudah mencapai Waliyullah Kamil, namun dalam hal Maqom, beliau belum ada apa-apanya dengan Maqom Quthbul Mauthlak yang barusan Misteri bedarkan tadi. Kami lanjutkan ke cerita semula…
Setelah Moh. Syam sampai dilaut pulau Jawa, beliau akhirnya singgah disalah satu pedesaan sambil tiada hentinya bertafakkur memohon kepada Allah SWT, untuk cepat ditemukan dengan Mursyid yang diinginkannya, tepatnya pada malam jum’at kliwon ditengah heningnya malam yang sunyi tiba-tiba beliau dikejutkan oleh suara uluk salam dari seseorang ” Assalamu’alaikum Ya Akhi min Ahli Wilyah” lalu beliau pun dengan gugup menjawabnya ” Wa’alaikum salam Ya Nabiyulloh Hidir AS yang telah membawaku ke pintu Rohmatallil’alamiin.
Lima tahun sudah Ananda mencari riddhoku dan kini ananda telah mencapainya, datanglah ke kota Cirebon dan temuilah Syarif Hidayatulloh, sesungguhnya dialah yang mempunyai derajat raja sebagai Maqom Quthbul Mutkhlak, terang Nabiyulloh Hidir AS, sambil menghilang dari pandangannya. Dengan semangat yang menggebu beliau langsung mengayuh jukungnya menuju kota Cirebon yang dimaksud, sedangkan ditempat lain Syarif Hidayatulloh / Sunan Gunung Jati yang sudah mengetahui kedatangan Moh. Syam Magelung Sakti lewat Maqomnya saat itu beliau langsung mengutus uwaknya sekaligus mertuanya Mbah Kuwu Cakra Buana untuk menjemputnya di pelabuhan laut Cirebon.
Sesampainya ditempat dimana Sunan Gunung Jati memerintahkannya. Mbah Kuwu tidak langsung menghadapkannya kepada Kanjeng Sunan, melainkan mengujinya terlebih dahulu, hal semacam ini bagi pemahaman ilmu tauhid disebut “Tahkikul ‘Ubudiyyah Fissifatir Robbaniah / meyakinkan seorang Waliyulloh pada tingkat ke Walian diantara hak dan Nur Robbani yang dipegangnya.
Setelah Moh. Syam sudah berada dihadapan Mbah Kuwu Cakra Buana, beliau langsung uluk salam menyapanya ” wahai kisanak, taukah anda dimana saya harus bertemu dengan Sunan Gunung Jati? namun yang ditanya malah mengindahkan pertanyaannya dan balik bertanya.. ” sudahkah kisanak sholat dhuhur, setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh? terang Mbah Kuwu. ditanya seperti itu Moh. Syam langsung mengangguk mengiyakan bahwa memang dirinya belum melaksanakan sholat dhuhur, lalu Mbah Kuwu mengambil satu bumbung kecil yang terbuat dari bambu “Masuklah dan sholat berjamaah denganku” Sambil terheran-heran Moh. Syam mengikuti langkah manusia aneh dihadapannya yang tak lain adalah Mabh Kuwu Cakra Buana, masuk kedalam bumbung bambu yang ternyata dalamnya sangat luas dan bertengger Musholla besar yang sangat anggun, setelah usai sholat Mbah Kuwu mengajaknya  menuju kota Cirebon, namun sebelum sampai ketempat tujuan atas hawatif yang diterimanya dari sunan Gunung Jati, Mbah Kuwu memotong rambutnya dan langsung menghilang dari hadapan Moh. Syam Magelung Sakti. Tahu rambutnya telah terpotong beliau langsung berkeyakinan bahwa tiada lain manusia tadi (Mbah Kuwu) adalah Sunan Gunung Jati yang dimaksud. lalu beliaupun memanggilnya tiada henti hingga keseluruhan pelosok desa.
Kisah terpotongnya rambut Moh. Syam yang kini terkenal dengan sebutan Syeikh Magelung Sakti kini masih dilestarikan dan menjadi nama desa hingga kini yaitu di Desa Karang Getas sebelah selatan kantor wali kota Cirebon dan tahukah anda berapa meter rambut Syeikh Magelung Sakti, sesungguhnya? yaitu 340 m, atau sepanjang jalan Karang Getas, antara perbatasan desa Pagongan hingga lampu merah pasar Kanoman. Panjangnya rambut syeikh Magelung Sakti ini sudah dapat restu dari beberapa ulama khosois seperti Syeikh Auliya Nur Ali, Syeikh Kamil Ahmad Trusmi, Syeikh Ahmad Sindang Laut, Syeikh Asnawi bin Subki Gedongan.
Misteri lanjutkan kembali, dengan rasa bersemangat Moh. Syam terus mencari keberadaan Sunan Gunung Jati yang dianggapnya barusan memotong rambutnya, beliau terus berlari sambil memanggil nama Sunan Gunung Jati terus-menerus, pada suatu tempat tanpa disadari olehnya, beliau masuk dalam kerumunan orang banyak yang tak lain sedang dibuka perlombaan memperebutkan putri cantik dan sakti, Nyimas Gandasari Panguragan. Merasa dirinya masuk gelanggang arena, Wanita cantik yang tak lain adalah Nyimas Gandasari langsung menyerangnnya… Merasa dirinya diserang secara mendadak, Moh. Syam langsung mengelak dan menjauhinya, namun bagaimana dengan Nyimas Gandasari sendiri yang kala itu sedang diperebutkan para jawara dari berbagai pelosok daerah. beliau sangat tersinggung dengan menghindarinya pemuda yang barusan masuk tadi, maka dengan serangan berapi-api Nyimas Gandasari langsung melipat gandakan tenaganya untuk menglahkan pesaing yang kini sedang dihadapinya.
Dengan perasaan dongkol, Moh. Syam akhirnya memutuskan untuk melayaninya dengan bersungguh hati hingga ditengah perjalanan Nyimas Gandasari sangat kewalahan. Merasa kesaktiannya kalah dibawah pemuda asing yang kini sedang dihadapinya, maka dengan sesekali loncatan Nyimas Gandasari berucap “Ya Kanjeng Susuhan Sunan Gunung Jati, Yajabarutihi ila sulthonil alam, kun fayakun Lailaha Illallah Muhamad Rosululloh” lalu beliau langsung terbang ke awang-awang dengan maksud agar pemuda tadi tidak sampai mengejarnya. lain dengan jalan pikiran Moh. Syam waktu itu setelah beliau mendengar nama Sunan Gunung Jati disebutnya, beliau tambah berambisi utnuk mencari tahu, maka disusullah Nyimas Gandasari, hingga sampai tangan kanannya terperangkap.
Merasa dirinya panik Nyimas Gandasari langsung melepaskan tangan Moh. Syam sambil tubuhnya menukik tajam kebawah. pada saat yang bersamaan Sunan Gunung Jati yang sedang tafakkur disungai Kali Jaga, kedatangan Nyimas Gandasari yang wajahnya terlihat pucat pasi dan sambil menuding kearah depan Nyimas Gandasari, memohon kepada gurunya agar pemuda yang mengejarnya tidak melihat dirinya. lalu dengan menyelipkan tubuhnya dibawah bekiak kakinya, kanjeng sunan Gunung Jati berkata pada pemuda yang barusan datang dihadapannya ” Wahai kisanak, anda mencari siapa ditempat yang sepi seperti ini?” lalu Moh. Syam pun menjawabnya ” Kisanak mohon maaf sesungguhnya saya datang kemari mencari gadis untuk meminta bantuannya, dimana saya bisa menemui Sunan Gunung Jati?” dengan tersenyum akhirnya Sunan Gunung Jati melepaskan wujud kecil Nyimas Gandasari ke wujud semula dan meminta berterus terang dengan apa yang pernah di ikrarkan sebelumnya, yaitu wajib mematuhi janjinya untuk menikah dengan orang yang mengalahkan kesaktiannya.
Dengan perjalanan ini akhirnya Moh. Syam berganti nama dengan sebutan Pangeran Soka dan dipenghujung cerita antara Nyimas Gandasari dan Pangeran Soka akhirnya berikrar untuk meneruskan perjalanan hidupnya menuju ilmu tauhid yang lebih matang hingga mereka berdua mufakat menjalankan nikah bisirri tanpa hubungan badan selayaknya suami istri, namun akan bersatu dengan nikah hakikiyah di alam surga kelak dengan disaksikan langsung oleh Sunan Gunung Jati Min Quthbil Mutlak ila Jami’il Waliyulloh.

SEJARAH TASBIH KECUBUNG ASIHAN

Posted: Agustus 24, 2011 in SEJARAH

Di era 1400M, ditengah berkecamuknya dua aliran berbeda pandangan, antara, Islam dan ajaran Hindustani, kala itu Galuh Pajajaran, yang di kepalai oleh raja Sakti Mandraguna, Prabu Siliwangi, tidak mau di islamkan oleh Kanjeng Syeikh Syarif Hidayatulloh (kakek dan cucu) sehingga menimbulkan perang saudara diantara kedua belah pihak.

Dalam hal ini Pangeran Arya Kemuning, Dewi Nyimas Gandasari dan Nyimas Roro Kencono Wungu, ditugaskan untuk mengalahkan kesaktian Prabu Siliwangi, namun sang Prabu, bukan hanya sakti, beliau juga seorang linuwih dalam hal strategi perang, sehingga kala itu pasukan Cirebon, dengan mudahnya di kalahkan.

Dengan kalahnya pasukan Cirebon, Kanjeng Sunan KaliJaga, akhirnya di utus untuk menghadapi kesaktian yang dimiliki oleh Prabu Siliwangi, namun lagi-lagi utusan Cirebon, tidak bisa mengalahkannya.

Dengan memohon petunjuk kepada Allah SWT, Kanjeng Sunan Gunung Jati, mengutus kembali Rayi KaliJaga, untuk meminjam satu pusaka pilih tanding kepada Ratu Kidul Dewi Nawang Wulan, berupa Tombak Karera Reksa. Berangkatlah Sang KaliJaga dan sesampainnnya di dasar laut pantai Selatan, beliau di tolak mentah-mentah oleh Ibu Ratu  Kidul, dengan alasan tidak membawa bukti atau surat utusan dari Kanjeng  Sunan Gunung Jati.

Disinilah kejelian Ratu Kidul, padahal beliau sudah sejak lama menaruh hati kepada Kanjeng Sunan KaliJaga:

Wahai kisanak…..pulanglah kecuali kau mempertemukan aku dengan raja Panatagama” sebutan buat raja Cirebon.

Karena merasa tidak mendapatkan hasil, maka Kanjeng Sunan KaliJaga, terpaksa membawa Kanjeng Ratu Kidul, untuk menghadap kanjeng Sunan Gunung Jati, sesampainya tiba di kota Cirebon, Kanjeng Sunan Gunung Jati, menyambutnya dengan tersenyum simpul.

Melihat kanjeng Sunan Gunung Jati, tersenyum……..Ibu Ratu Kidul, langsung wajahnya memerah, beliau sangat malu dan takut karena Sang Sunan bisa membaca pikirannya.

Sesampainya di dalam Kaputren, Sunan Gunung Jati, langsung memanggil Kanjeng Ratu  Kidul atau Dewi Nawang Wulan, putri Prabu  Siliwangi, dari istri ke dua, Ratu Palaga Inggris.

Wahai putri Prabu Siliwangi, hanya dikau yang mampu mengalahkan kesaktian ayahandamu, pinjamkanlah KaliJaga, pusakamu yang bernama, Tombak Karera Reksa” terang Kanjeng Sunan Gunung Jati.

Ampun Gusti Susuhunan Panatagama, saya hanya memberikan pusaka itu kepada suamiku kelak” kata Ibu ratu Kidul.

Dengan tertawa kecil, Sunan Gunung Jati, langsung berujar kepada Kanjeng Sunan KaliJga:

Wahai Rayi KaliJaga, sesungguhnya tiada yang lebih mulia kecuali berpegang pada keagungan Syiar Islam, nikahlah dengannya (Ratu Kidul) atas nama Islam dan bukan karena nafsu

Dengan ketulusan hati kanjeng Sunan KaliJaga, beliau menerima dengan kepatuhan seorang murid atas perintah gurunya. Namun,,,,,,,bagi Ibu Ratu Kidul, yang suka mempermainkan idamannya, beliau tidak langsung menerima kesetian Kanjeng Sunan KaliJaga, walau dalam hatinya saat itu penuh dengan bunga cinta, beliau  mencoba kekasihnya terlebih dahulu.

Ampun Gusti Panatagama, bagi para penghuni dasar laut Selatan, sangat pantang menerima seorang suami tanpa adanya suatu ikatan bathin, saya hanya ingin calon suamiku memberikan satu kenangan di hari pernikahannya nanti, berupa tasbih Kecubung/wulung, yang berasal dari laut Merah

Setelah keinginan Ratu Kidul, terucap, yang ditujukkan buat Kanjeng Sunan KaliJaga, Sunan Gunung Jati, langsung mengutus Kanjeng Sunan KaliJaga, untuk mencari  apa yang menjadi keinginan dari Kanjeng Ratu Kidul.

Lalu sang Sunan, minta undur diri untuk melaksanakan tugasnya, beliau langsung pergi ke gunung  Ciremai, menjalankan tafakkur dan minta perlindungan kepada Allah SWT.

Di malam ke 4, Kanjeng Sunan, kedapatan isyaroh, yang mengatakan akan datang seseorang yang membimbing untuk menemukan dimana “Tasbih Wulung/kecubung berada”.

Atas ijin Allah, siang harinya tiga sosok manusia yang berasal dari bangsa lelembut bernama, Sanghiyanng Sontong, Sang Ratu Sanggah Wisesa dan Sih Walikat, datang menghampirinya.

Ketiganya langsung mengutarakan niat baik mereka untuk membantu sang Sunan, dalam pencarian tasbih wulung/kecubung. Maka diajaknya sang Sunan dengan ilmu aji Sakta Gelap Gulita (ilmu menghilang bangsa lelembut)

Sesampainya di pinggir laut Merah, ke empat oranng yang barusan datang tadi langsung disambut oleh Pangeran Sulaiman Gaib (pendamping Ratu Bilqis, dari bangsa Sulaiman)

Dengan kemurahan hati sang  Pangeran, semua diajaknya masuk ke dalam kerathon Bagaskara (bawah laut bagian utara Iraq) dan atas ijin sang Ratu Agung Bilqis, diberikanlah Kanjeng Sunan kaliJaga, satu buah Nur Sulaiman AS, berwujud peti ukir, dari alam Azrak yang di dalamnya terdapat Tasbih Wulung/ kecubung, berbahan batu kecubung giok.

Manfaatnya sebagai sarana pembuka aura paling cepat, ketenangan, kharisma, wibawa, penakluk dan mahabbah paling topcer yang banyak disukai kalayak umum maupun pribadi.

Dengan keberhasilan ini akhirnya  Kanjeng Sunan KaliJaga, pamit pulang dan langsung menemui gurunya Kanjeng Syarif Hidayatulloh atau Sunan Gunung Jati.

Dengan rasa suka cita Kanjeng Sunan Gunung Jati, langsung memerintahkan Rayi KaliJaga, untuk secepatnya menemui Ratu Kidul Nawang Wulan, sehingga dengan pertalian mereka berdua akan lebih mudah untuk menaklukkan raja Munding Wangi, bergelar Prabu Siliwangi Galuh.

Dengan di iringi 40 orang dari Kaputren PakungWati, rombongan Kanjeng Sunan KaliJaga, mulai berangkat menuju laut  Selatan, ternyata perjalanan mereka sudah lebih dulu diketahui oleh Kanjeng Ibu Ratu Kidul, yang dengan riangnya mempersiapkan segala hiasan dan pernak pernik untuk menyambut kedatangan kekasihnya.

Setelah kedua kekasih resmi menjadi sepasang suami istri, maka diserahkannya pusaka penakuk Karera Reksa, yang selama ini menjadi bagian dari pusaka wahid kerathon bangsa dasar laut. Dan setelah semuanya usai, sang Sunan, langsung ijin pamit untuk menunaikan tugas mulia, mengalahkan Prabu Siliwangi.

Pusaka karera Reksa, langsung diserahkan kepada gurunya Kanjeng Sunan Gunung Jati, lalu pusaka itu oleh sang guru ditambahi satu tombak diatasnya (ditancapkan satu tombak) sehingga pusaka Karera Reksa yang tadinya mempunyai 7 cabang dan satu Jalu runcing disamping, menjadi 9 cabang dan oleh Kanjeng Sunan Gunung Jati, tombak Karera Reksa, diberi nama baru dengan sebutan Pusaka Agung Buana Tombak Nirwana Cakra Langit.

Dengan pusaka Cakra Langit, akhirnya Prabu Siliwangi, bisa dikalahkannya melalui perang tanding selama 7 malam berturut-turut dan tombak Cakra Langit, sendiri akhirnya dimusiumkan kembali di kerathon dasar laut Pantai Selatan.

Kisah tasbih Kecubung Wulung, sampai sekarang masih menjadi cerita rakyat yang banyak diminati oleh seluruh kalangan lapisan atas maupun bawah, namun sayang, bahan kecubung Wulung hanya ada di daerah Flores, Nusa Tengara Barat. Dan seiring anak Jam-ij, menemukan bahannya, fainsya Allah, dikemudian hari tasbih ini akan munncul sebagai suatu wasilah paling digemari oleh seluruh muda mudi dann orang tua.

Perjalanan Tauhid | Bagian 2

Posted: Agustus 24, 2011 in Uncategorized

Cara dari orang yang telah mencapai kesempurnaan maqom Islam, bisa dilihat dari segi: “Orang tersebut tidak sampai meninggalkan ibadahnya walau hujatan maupun caci maki datang silih berganti”, seperti contoh, “Dimana kita bisa melestarikan kebajikan secara istikomah, maka segala ucapan dan kedengkian orang lain tidak sampai menyurutkan hati dan pikiran untuk selalu menjalankannya”. Sempurna iman terlahir karena Ridho dan Taslim (Menerima) terhadap segala cobaan dan kenikmatan yang ada, dan sempurnanya iman disini tidak bisa terjadi kecuali kehendak Allah SWT. Sedangkan yang dimaksud Ihsan, prakteknya harus denga adab dan ciri dari kesempurnaan  Ihsan, “Akal dan hatinya tidak sampai menoleh dari pandangan orang lain kecuali hanya kepada Allah SWT”.

-Tambihun-

Bagi yang menjalankan ibadah dengan berpegangan Islam dan Iman atau yang disebut dengan nama “Nurut Tawajjuh” (Nur yang terdapat dari ibadah kita) tingkatan ini sifatnya masih mencari Nur Allah SWT. Sedangkna “Anwarul Muwajjah” (Nur yang datang ke kita sewaktu menghadap Allah) seperti yang ada pada maqom, Ihsan, wusul dan ma’rifat, maka Nur Allah SWT yang datang langsung, bukan sebaliknya Nur yang dicari

Keterangan :

Dimana mereka telah menguasai tingkat Islam dan Iman, menurut pandangan Ahlul Tauhid disebut , “Orang ini masih mencari Nur Allah SWT” dan belum termasuk maqom Ma’rifatillah. Sedangkan orang yang tealha menguasai tingkatan Ihsan (hanya melihat kebajikan Allah), atau maqom Wusul (pemahaman yang sampai kepada Allah) juga maqomMa’rifatillah. Sedangkan orang yang telah menguasai tingkatan Ihsan (hanya melihat kebajikan Allah) atau maqom Wusul (pemahaman yang sampai kepada Allah) juga maqom Tauhid (keyakinannya telah sampai kehadirat Allah) dan maqom Ma’rifat (memahami segala Sifat, Asma, Af’al dan Dzat Allah SWT) maka dalam maqom ini Nur Allah SWT yang datang menjumpai kita.

Memahami Nur Ilahiyyah terbagi menjadi tiga bagian :

  1. Su’a’ul Basyiroh (Pantulan Cahaya) artinya orang yang sudah merasakan kedekatannya dengan Allah SWT (Muroqobah).
  2. Ainul Basyiroh (Wujud dari terangnya cahaya Allah) artinya tidak melihat dirinya sendiri karena adanya Allah SWT (Maqom Syuhud).
  3. Hakkul Basyiroh (Hakekatnya Cahaya Allah) artinya melihat wujudnya Allah, dan tidak melihat ada maupun tidak adanya kita (golongan ini sudah menduduki maqom Tamkin Warrusu’).

Keterangan :

  • Sifat dari ahli Su’a’ul Basyiroh, “Segala tingkah laku, kebaikan dan lainnya telah terjaga”. Maqom ini selalu menjaga lahir bathinnya dengan menafakuri keagungan Allah, sehingga seolah-olah Allah SWT selalu hadir dihadapan kita.
  • Sifat Ainul Basyiroh,”Lepasnya antara Sifat, Af’al, Asma’ kita (makhluk) karena ketariknya kita pada Nur Allah (Zadabiyyah) sehingga dengan ketertariknya ini seolah-olah kita tidak mempunyai wujud badan, kecuali hanya Dzat Allah.
  • Hakkul Basyiroh, “Penyatuan bathin terhadap ke-Esaan Allah SWT seperti melihat maupun tidaknya kita, kerusukhan hati kita hanya tertuju kepada Allah.

Mengenal Pandangan Alam

Terbagi menjadi 3 bagian :

  • Alam Mulku, tersirat dalam penglihatan panca indra dhohir atau tatapan mata
  • Alam Malakut, tersirat dalam pandangan ilmiah . bathiniah (hati dan fikiran)
  • Alam Jabarut, tersirat dalam panca indra ruh atau Sir (Fi Jaufil Qolbi / hati yang paling dalam), melihat semua hakikat Allah.

Susunan Riyadho

Setiap manusia yang berpegang pada ilmu tauhid, mereka tidak bisa naik derajatnya kecuali dengan taubat. Taubat itu sendiri tidak bisa berjalan mulus kecuali denganmuhasabah / menjaga segala tingkah laku. Perjalanan taubat tidak menaikkan derajat kecuali disertai dengan Muroqobah / selalu melihat adanya Allah SWT. Taubat Muhasabahdinamakan “Min Babi Man Arofah Nafsah / orang yang mengerti badan sendiri “atau maqom yang selalu memperbaiki tingkah laku. Taubat Muroqobah dinamakan “Min babi Man Arofah Robbah / orang yang mengerti keagungan Allah SWT” dan maqom ini bisa sampai kehadirat Allah SWT. Sewaktu muroqobah jalan, hasil yang kita peroleh adalah “Muhadoroh / Allah hadir”. Dari muhadoroh akan naik ke tingkat selanjutnya yaitu ”Musyahadah / melihatnya kita kepada Allah SWT”. Lalu dari musyahadah akan membuahkan maqom “Ma’rifatillah / mengerti dan memahami tentang Allah SWT”. Cara pandangan Ma’rifat / tajalli (jelas dan tahkik, bahwa Allah Hak) ada yang melalui Af’al, Sifat dan Dzat atau bisa juga melalui Asma’ Sifat dan Dzat.

Apabila melalui Af’al, maka dinamakan Tajalli fil Af’al
Apabila melalui Sifat, maka dinamakan Tajalli fi Sifat
Apabila melalui Dzat, maka dinamakan Tajalli fil Dzat
Apabila melalui Asma’ maka dinamakan Tajalli fil Asma’

Orang Salik / murid, yang sedang menempuh perjalanan ilmu Allah tahapannya melalui Tajalli Fil Af’al atau Asma’, yang diteruskan dengan tahapan selanjutnya yaitu fil Sifat dan Dzat. Sedangkan orang Mazdub (ketarik hati dan pikirannya kepada Allah perjalanannya melalui tahapan Dzat, turun ke Sifat terus ke Af’al atau Asma’. Kesempurnaan ilmu dalam mengenal ibadah kepada Allah SWT, apabila orang itu sudah pernah mengalami Salik dan Mazdub. Apbila Salik saja dalam perjalanan ini niscaya kuranglah sempurna atau Zadab saja, maka tidak SAH dijadikan guru atau mursyid.

Penataan tingkah laku / istiqomah dalam menaikkan derajat kepada Allah SWT, terbagi menjadi empat bagian :

  1. Dzikir sampai membuahkan amal Soleh dan Nur
  2. Tafakkur sampai datang ke tingkat Sabar dan membuahkan Thuma’ninah.
  3. Iftiqor, selalu membutuhkan Allah SWT, sampai datang ke maqom Syukur dan membuahkan suatu kenikmatan abadi.
  4. Mahabbah Ilallah, tidak menoleh terhadap lainnya kecuali Allah SWT, cara ini membuahkan Wusul dan menunggalkan Allah.

Bagi yang bisa menjalankan tingkat Dzikir (No.1) maka termasuk golongan Min Jumlati Sholihin (Ahli Sholihin) Bagi yang bisa menjalankan tingkat Dzikir dan Tafakkur (No.1 & 2) maka termasuk Minas Sholihin Kamil (Ahli Sholihin Kamil) Bagi yang bisa menjalankan tingkat Dzikir , Tafakkur dan Itiqor (No. 1,2 & 3) maka termasuk Min Auliyail Mutaqorribin (Kekasih Allah yang dekat) Bagi yang bisa menjalankan tingkat Dzikir , Tafakkur, Iftiqor dan Mahabbah Ilallah (No. 1,2,3 & 4) maka termasuk Min Ahli Tahkik Minas Siddikin (Min Auliyail Kamil) Juga bagi yang siappapun yang bisa menjalankan ke-4 tingkatan tadi dengan cara Mujahadah dan Riyadho maka kita sudah dinamakan Wilayatus Sugro atau “SAH” wilayahnya. Dinamakan pula dengan Maqom Wilayatul Makasib / wilayah yang dicari. Sedangkan yang menjalankan ke-4 tingkatan tadi dengan didasari sifat Mahabbah / kasih sayang, maka sudah dinamakanWilayatul Kubro atau sudah sempurna dalam tingkat kewaliannya / Wilayatul Kamil. Dinamakan pula Maqom Wiyatul Mawahib / jadiah dari Allah SWT. Yang dinamakan Wusul yaitu pemahaman, keyakinan dan tauhid kita kepada Allah. Sedangkan yang dinamakan Musyahadah terbagi menjadi 4 bagian diantaranya :

  • Musyahadah Uluhiyah
  • Musyahadah Rububiyah
  • Musyahadah Ahadiyyah
  • Musyahadah Wahidiyyah

Keterangan :
Musyahadah Uluhiyyah / Ilahiyyah adalah sewaktu kita melihat Hakekatnya Allah, maka yang kita rasakan adalah Rushu’ nya hati kita (bisa i’tidal / sebanding) atau bisa melihat makhluk dan melihat Allah seperti melihat wujud makhluk sewaktu kita melihat Allah, atau sebaliknya melihat Allah sewaktu melihat makhluk. Cara seperti ini dinamakan juga dengan istilah “Ummul Kitab / Hakekatnya Dzat”. Musyahadah Rububiyah adalah memilah atau menetapkan antara Allah dan makhluk (Min Haesu Hua Hua / Allah ya Allah, makhluk ya makhluk)Musyahadah Ahadiyyah (dinamakan juga Al-Qur’an / Dzat) adalah melihat Dzat Allah tanpa sifat dan Asma’ dan ini dinamakan “Bahrun Bila Maujin / Lautan tanpa ombak”. Musyahadah Wahidiyyah (dinamakan juga Al Furqon / Sifat) adalah melihat Allah dengan cara melihat Dzat dan SifatNya tanpa melihat makhluk (pribadi). Cara seperti ini dinamakan “Bahrun Bimaujin / Lautan dengan ombaknya”.

Pengertian Musyahadah / Tajalli

  • Yang tidak memahami badan sendiri disebut dengan maqom “Fana”
  • Yang memahami badan sendiri disebut dengan maqom “Baqo”
  • Yang memahami Allah, dan badan sendiri disebut dengan maqom “Jam’i”
  • Yang memahami Allah semata atau badan sendiri disebut dengan maqom “Farqi / Pisah”
  • Yang memahami Allah dan badan sendiri disebut dengan maqom “sohwi / sehat”
  • Yang memahami Allah semata disebut maqom “makwi / lebur”

Yang dinamakan Tajalli adalah hilangnya Dzat, Sifat dan Af’alnya kita dan masuknya Dzat, Sifat dan Af’alnya Allah.

Tajalli Fil Af’al

Hilangnya sifat Khoul (rekadaya / berandal), Kuah (Kekuatan) dan Irodah (kehendak) seorang hamba di isi dengan Af’al Allah. Seperti contoh melihatnya hamba qudratnya Allah, dengan cara melihat pada salah satu sifat makhluk,”Hamba memahami bahwa yang mendiamkan dan mengubah sesuatu apapun tak lain adalah Allah”.

Tajalli Fil Asma’

Tertutupnya hamba karena adanya Nur Asma’ Allah. Dalam hal ini hamba akan menjawab sewaktu ada ucapan yang menyebut Asma Allah. Awal tajalli fil Asma’ terlahir melalui Asma’ Wujud yang diteruskan dengan Asma’ Wahid dan selanjutnya Asma’ Allah. Sewaktu sedang tajalli fil asma’ maka hilanglah sifat Abdiyyah kita dan setelah itu naik ke sifat Arrohman dan sesudahnya Arobbah terus ke Sifat Al Muluk, Al Alim, Al Qodir dan lainnya.

Tajalli Fi Sifat

Menerimanya kita terhadap sifatnya Allah dan Sifat yang asal, Awal tajalli fi sifat terlahir dari sifat Hayat lalu sifat Ilmu, Sama’ Basor, Kalam, dan seterusnya.

Tajalli Fi Dzat

Hilangnya Dzat kita diganti dengan Dzat Allah. Awal tajalli fi Dzat dinamakan Tajalli Ahadiyyah (melihat Dzat Allah tanpa Sifat dan Asma’) lalu Tajalli Hawiyyah (sifat bathin Allah SWT yang terdapat pada makhluk) dan seterusnya Tajalli Iniyyah (Sifat dhohir Allah yang terdapat pada makhluk).

Perjalanan Tauhid | Bagian 1

Posted: Agustus 24, 2011 in Uncategorized

Dalam mengenal hukum Islam, Ilmu Tauhid wajib diketahui oleh seluruh umat manusia yang telah menginjak taraf dan apabila sampai tidak mengtahuinya, menurut Iman Sanusi, hukumnya seperti bukan orang Islam (langsung digolongkan ahli neraka setelah kematiannya kelak).

Tahud sendiri dibagi menjadi dua bagian :

  1. Tauhid Syar’i
  2. Tauhid Hakiki

Tauhid Syar’i adalah mengenal Allah, dengan dalil-dalilnya. Sedangkan inti dari ” Tauhid Hakiki”, mengenal kebesaran Allah SWT, secara Tajalli (lepasnya jiwa antara yang tercipta dan yang menciptakan) baik lewat Asma, Sifat, Af’al dan Dzat Allah secara keseluruhan. Dari keluasan Ilmu Tauhid ini akhirnya menjadikan kita mengerti seputar derajat KeWalian yang terdapat pada manusia (Hamba) serta memahaminya kita terhadap arti Islam, Iman, Ihsan dan lainnya secara terperinci, luas dan bisirri, secara pandangan ilmu tauhid sebenarnya.Tahapan Ibadah

Disini terbagi menjadi dua bagian :

  1. Ibadahnya orang awam
  2. Ibadahnya Solihin Ma’rifat Billah
  1. Yang dimaksud dengan ibadahnya orang awam, mereka wajib mengikuti syariat yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, seperti yang terdapat pada rukun Islam, Yaitu, memegang makna syahadatain, wajib menjalankan sholat 5 waktu, wajib membayar zakat fitrah, wajib puasa di dalam bulan Ramadhan dan wajib berhaji bagi yang mampu. Secara makna tafsir, “memegang makna Musyahadah dalam segala tingkah laku lewat Morqobatu Nabi dan Muroqobatullah”. Sedangkan makna shalat, mempererat bathiniah dengan selalu mengingat keagungan Allah SWT (Do’a). Lalu makna zakat, memberi kebajikan secara terus menerus (bagi yang mampu) kepada yang membutuhkan (lainsyakartum la azidannakum) dengan satu pemahaman Musyahadah,”apapun rejeki yang kita punya tak lain semuanya milik Allah dan kita sebagai hamba sekedar mejalankan perintahNya”. Makna puasa dibulan Ramadhan adalah pencucian hati dan pikiran untuk berbuat baik dengan meningkatkan makna takwa kepada Allah SWT.
  1. Ibadahnya Ahli Solihin Ma’rifatillah. Dimanapun mereka ditempatkan, niscaya hati dan pikirannya tidak berubah untuk selalu bermunajat dan mengingat kebesaran Allah SWT. Golongan ini disebut maqom Ahlillah atau Ahli Rosul yang hati dan pikirannya tidak mempunyai bersitan was-was, ragu maupun bimbang dalam segala persoalan hidup, sebab mereka tergolong “Muamalatul Qulub Awil Arwah / tidak melihat zaman, waktu dan tempat”. Maksud dari perkataan tadi, mereka lebih mengarahkan hati dan pikirannya hanya tertuju kepada Allah SWT, sehingga dalam kitab “Iqodzul Himam” dijelaskan sebagai berikut :

“Sesungguhnya satu waktu bagi maqom Ma’rifat Billah, sebanding dengan ibadahnya orang awam seumur hidup” atau dalam katalain, “Dua rokaat ibadahnya ahli Ma’rifatillah, sebanding dengan kebajikan’ Ibadahnya orang awam sepanjang masa”. Secara makna luas “Dimanapun mereka ditempatkan, maka tempat itu adalah Arofahnya dan setiap waktu baginya adalah Lailatul Qodarnya secara muthlak”. Sebelum kita pahami lebih luas makna tauhid sesungguhnya, ada baiknya mengenal dulu makna Ikhlas yang terbagi menjadi tiga bagian :

  1. Ikhlas Khusussuk Khusus, yang artinya,”Ibadah murni karena Allah SWT seperti ibadahnya Maqom Kholil, Hub, Syareatul Khotam, dan maqom kesempurnaan lainnya”. Maqom ini mendahulukan makna takwa dengan menjaga sifat ke Tuhanan secara keseluruhan (Allah)
  2. Ikhlas Ahlul Khusus, suatu tahapan ibadah yang masih mempunyai tujuan khususiah, seperti minta derajat, surga dan maqomat lainnya.
  3. Ikhlas Ahlul Umum, Ibadah karena Allah, tapi masih punya pamrih, seperti, minta rejeki, pangkat, derajat dan lainnya (Ibadah Birroja’).

Pemulaan Yang Wajib Diketahui Orang Islam

Bagi keseluruhan kaum Muslimin / Muslimat, wajib memahami 3 bagian dasar .

  1. Islam (menjaga tingkah laku)
  2. Iman (menjaga makna yakin tanpa terbersit rasa keraguan)
  3. Ihsan (melestarikan sifat kebajikan secara istikomah karena Allah)

Dari ketiga sifat ini semuanya saling berkesinambungan satu dengan lainnya, sebab Iman tanpa didasari Islam, Kurang sempurna dalam mengenal keyakinan kepada Allah dan RasulNya, juga Iman tanpa didasari pemahaman Ihsan pada akhirnya kurang berkualitas (tidak bisa naik). Iman dalam pandangan Al-Qur’an adalah menjaga segala tingkah laku sesuai anjurannya atau dalam kata lain ,” Keyakinan yang disertai tingkah laku”, Maksud dari pembedaran tadi,”Menjaga tingkah laku dari makna maksiat dan menusatkan hati serta pikiran kita dengan selalu memohon ampunanNya”. Bila sudah mengikuti aturan ini, makna orang tadi sudah tergolong maqom Mahfud, yang selalu mengistiqomahkan makna kebajikan hingga menjadi Nur (yang dijaga oleh Allah) dan maqom ini tergolong Ahlillah atau maqom Ihsan.

Sedangkan “Ihsan” secara rinci terbagi menjadi dua bagian.

  • Muhasabah (Muroqobatul Ahwal),”Kebajikan yang dilestarikan dan menjaga sifat atau tingkah laku kita dengan dilandasi hukum syar’i secara sempurna”. Cara seperti ini disebut (Ihsan yang masuk pada makna Islam).
  • Muroqobah,”Kebajikan yang dilestarikan dengan cara beristiqomah, karena seakan-akan kita melihat Allah, atau meyakini bahwa Allah melihat kita, seperti memudawamkan asma Allah secara tartibul lisan dan menjaga tingkah laku dari maksiat, serta melestarikan kebaikan secara terus menerus”. Cara seperti ini disebut (Ihsan yang masuk pada makna Iman).

Dalam pandangan lain, penyatuan antara Ihsan, Iman, apabila sudah bisa dilaksanakan maka disebut “Fima Akomahullah” / menseleksi tingkah laku atau tetap menjaga kebajikan iman yang sudah kita pelihara. Dari dua sifat tadi apabila kita mampu melaksanakannya secara istiqomah, maka timbul suatu karomah atau derajat Wilayah yang mempunyai sifat “Kun Fayakun” sebagai maqom teragung menjadi Waliyullah Kamil (Maqom Qurbah). Tahapan ini sudah bisa dikategorikan sebagai seorang Waliyullah, yang mengerti antara satu Wali dengan Wali lainnya. Sebab siapapun yang sudah memegang peranan ini niscaya dengan keagungan dan janji Allah SWT, mereka tergolong orang yang diberikan kekuatan penglihatan (Basyarotul ‘Ain dan Basyatul Qolbi) serta ke i’tidalan hati dalam segala pandangan lahir maupun mata bathin. Namun untuk bisa mencapainya, diwajibkan menjaga kezuhudan dan ketaatan kita kepada Allah SWT “Fima Aqomahullah / dimanapun kita berdiam diri, maka disitu pula tingkah laku, hati dan pikiran kita selalu ingat  Allah SWT”. Sebagai tambahan, Ihsan yang berhubungan dengan makna “Muroqobah” dibagi menjadi dua tingkatan :

  • Maqom Syuhud
  • Maqom Muhadoroh

Perjalanan Mengenal Kesempurnaan Islam

Sebelum mengenal makna Islam, setiap manusia punya dua kategori perjalanan hidup, baik lewat ilmu pengetahuan maupun secara hukum kitab, cara seperti ini menurut pemahaman Ulama terbagi menjadi dua bagian :

  1. Dengan cara Bil Ahkam (Memegang hukum kitab seperti Al-Qur’an, Hadist dan kita Warosatil Ambiya) sebagai tuntunannya.
  2. Dengan cara Biddhaukiyyah wabisuhbati Rijal (Lewat pemahaman dhaukiyah, menuju kebajikan atau menemani ahli-ahlinya Allah) dengan cara bertafakkur maupun mudawamah bidzikrillahi tathmainnal qulub atau kedua-duanya, Bil Ahkam dan Billah.

Bila sudah mengerti dengan pembedaran tadi, selanjutnya kita akan mengenal keagungan Allah SWT, lewat Kitabbullah maupun secara dhaukiyyah. Disini kami contohkan salah satunya dengan memahami sifat yang jauh sudah dujadikan oleh Allah, sebagai makna Tafakur Tajalli fil Af’al dan sifat, seperti adanya bumi, langit, tumbuhan, air dan seluruh sifat alamyang bisa kita lihat maupun kita rasakan keberadaannya seperti angin dan makhluk lainnya. Untuk bisa mencapai kesemuprnaan Islam, kita haruskan mejnaga tiga hal yaitu :

  1. Taubat
  2. Takwa
  3. Ostiqomah

Makna Taubat. Dari kejelekan menuju kebaikan dan dari kebaikan menuju yang lebih baik, seperti, selalu memohon ampunan kepada Allah SWT, Atas segala dosa dan kelalaian yang pernah kita perbuat, juga selalu memberikan manfaat serta menjauhi segala laranganNya dan memanfaatkan waktu yang ada menuju jalan ketaqwaan (seperti sifat Rasulullah SAW). Juga seperti contoh yang diambil dari hikayat doa Nabiyullah Adam AS, sewaktu beliau dikeluarkan dari surga Majazi “Robbana dzolamna anfusana waillam tagfir lana watarhamna lanakunanna minal khosirin”. Do’a ini menceritakan “Walau Nabi Adam AS, tahu yang menjadi beliau diusir dari surga akibat rayuan syaitan terkutuk, namun dalam do’a tadi sama sekali tidak mencantumkan nama syaitan sebagai wasilahnya melainkan beliau menyalahkan dirinya sendiri “Dzolamna anfusana / dzolimku karena ulahku sendiri”.

Makna Takwa. Melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dengan cara menghilangkan rasa malas agar bisa mendekatkan diri kepada Allah. Juga menjadikan setiap hela nafas kita kalam maupun ucapan asma Illahiyyah sehingga dengan cara ini mulut kita selalu dijaga, emosi selalu terkontrol, pemahaman selalu diarahkan dalam kebajikan dan lain sebagainya.

Makna Istikomah. Menjaga keseimbangan amal dalam menjalankan makna hidup sebenarnya. Yang dimaksud disini adalah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya seperti, melestarikan makna sodakoh secara istiqomah, menjalankan pendekatan diri lewat dzikir maupun tafakkur, menata badan dan fikiran agar selalu bersih dari sifat yang kurang diridhoi oleh Allah dan lain sebagainya. Dengan kata lain, Istiqomah kita tetap terjaga dengan terus bertaqwa kepadaNya.

Mengenal Ihsan Secara Sempurna

Ihsan bisa sempurna melalui (3) bagian :

  • Muroqobah / Muhadhoroh  (sepertinya Allah selalu hadir dihadapan kita)
  • Musyahadah (pandangan kita selalu tertuju kepada Allah)
  • Ma’rifat (memahami Allah dan ciptaannya secara adab)

Yang dimaksud “Muroqobah, (dimana kita ditempatkan, disitu pula bisa merasakan seolah hadirnya Allah SWT”. Dan dengan kerushukhan hati ini akan menjaga dari segala yang dilarang dan meningkatkan makna yakin sehingga menjadikan tingkah laku kita tetap terjaga. Muroqobah ini termasuk “Mim Babi Wahua Ma’akum Ainama Kuntum”.

Yang dimaksud dengan arti ”Musyahadah, (dengan seringnya kita mendekatkan diri kita kepada Allah SWT, niscaya keyakinan yang kita miliki terus bertambah) dan cara seperti ini menjadikan apapun yang kita rasakan, pada akhirnya akan kembali lagi kepada Allah “Mim Babi, Allahu Nurussamawati Wal-Ard” atau “Ainama Tuwallu Fatsamma Wajhullah”

Sedangkan makna ”Ma’rifat” (orang-orang yang memahami tentang adabnya Allah dan Rosulnya). Disini termasuk mereka yang bisa memahami makna “Asyhadu Anla Ilaha Illallah, Wa asyhadu anna Muhammadar Rosulullah” dan dalam maqom ini tidak bisa dinilai sejauh mana adab kita kecuali dengan panduan Mursyid tau dengan keluasan Imu yang kita miliki secara dhaukiyatul kamil / pemahaman yan mampu menyelami Imu bangsa ke Tuhanan.

Sebagai suatu kewaspadaan dalam menjalankan arti hidup, Islam, Imam dan Ihsan, Bisa hancur sampai keakarnya akibat “Murtad dan Musyrik”. Sedangkan Islam, bisa lemah akibat perbuatan maksiat. Iman, bisa lemah akibat tidak bisa menjaga keyakinan. Dan Ihsan, bisa lemah akibat tidak bisa menjaga pandangan (selalu memandang makhluk lain).

Kuatnya Islam terlahir akibat “Muhafadoh” / menjaga tingkah laku dan ucapan.

Kisah Syeikh Siti Jenar

Posted: Agustus 24, 2011 in SEJARAH

Merajut sebuah ilmu dan menjadikannya sehelai kain yang didalamnya penuh akan keindahan corak dan warna, inilah yang diidamkan seluruh ahli sufi. rajutan demi rajutan tentang segala pemahaman ilmu, penghayatan dan keluasan tentang segala kebesaran Allah SWT, perjalanan dan pengorbanan yang selalu dilakoninya sedari kecil, membuat segala macam ilmu yang ada padanya menjadikannya serajat seorang waliyulloh Kamil.
Dalam pandangan para Waliyulloh, dimana badan telah tersirat asma Allah dan segala tetesan darahnya telah mengalir kalimat tauhid, dimana setiap detak jantung selalu menyerukan keagunganNya dan setiap pandangan matanya mengandung makna tafakkur, tiada lain orang itu adalah seorang waliyulloh agung yang mana jasad dan ruhanuyahnya telah menyatu dengan dzat Allah. inilah senjungan yang dilontarkan oleh seluruh bangsa wali kala itu pada sosok Kanjeng Syeikh Siti Jenar.
Rohmat yang tersiram didalam tubuhnya, ilmu yang tersirat disetiap desiran nafasnya, pengetahuan tentang segala makna ketauhidan yang bersemayam didalam akal dan hatinya, membuat kanjeng Syeikh Siti Jenar menjadi seorang guru para Wali, lewat kezuhudan yang beliau miliki serta keluasan ilmu yang dia terpkan, membuat segala pengetahunnya selalu dijadikan contoh. beliau benar-benar seorang guru agung dalam mengembangkan sebuah dhaukiyah kewalian / tentang segala pemahaman ilmu kewalian. tak heran bila kala itu banyak bermunculan para waliyulloh lewat ajaran ilafi yang dimilikinya.
Diantara beberapa nama santri beliau yang hingga akhir hayatnya telah sampai kepuncak derajat Waliyulloh kamil, salah satunya, sunan Kali Jaga, Raden Fatah, Kibuyut Trusmi, Kigede Plumbon, Kigede Arjawinangun, Pangeran Arya Kemuning, Kiageng Demak Purwa Sari, Ratu Ilir Pangabean, Gusti Agung Arya Diningrat Caruban, Pangeran Paksi Antas Angin, Sunan Muria, Tubagus Sultan Hasanuddin, Kiageng Bimantoro Jati, Kisubang Arya Palantungan dan kigede Tegalgubug.
Seiring perjalanannya sebagai guru para wali, Syeikh Siti Jenar mulai menyudahi segala aktifitas mengajarnya tatkala Syarif Hidayatulloh / Sunan Gunung Jati telah tiba dikota Cirebon. bahkan dalam hal ini bukan hanya beliau yang menyudahi aktifitas mengajar pada saat itu, dedengkot wali jawa, sunan Ampel dan sunan Giri juga mengakhirinya pula. mereka semua ta’dzim watahriman / menghormati derajat yang lebih diagungkan, atas datangnya seorang Quthbul muthlak / Raja Wali sedunia pada zaman tersebut, yaitu dengan adanya Syarif Hidayatulloh, yang sudah menetap dibumi tanah jawa.
Sejak saat itu pula semua wali sejawa dwipa mulai berbondong ngalaf ilmu datang kekota Cirebon, mereka jauh-jauh sudah sangat mendambakan kedatangan, Syarif Hidayatulloh yang ditunjuk langsung oleh Rosulullos SAW menjadi sulthan semua makhluk (Quthbul Muthlak). Nah sebelum misteri kupas tuntas tentang jati diri, syeikh siti jenar, tentunya pembaca majalah kesayangan kita agak merasa bingung tentang jati diri Syarif Hidayatulloh yang barusan dibedarkan tadi “mengapa Syarif Hidayatulloh kala itu sangat disanjung oleh seluruh bangsa wali?”
Dalam tarap kewalian, semua para waliyulloh tanpa terkecuali mereka semua sudah sangat memahami aakan segala tingkatan yang ada pada dirinya. dan dalam tingkatan ini tidak satupun dari mereka yang tidak tahu akan segala derajat yang dimiliki oleh wali lainnya, semua ini karena Allah SWT jauh-jauh telah memberi hawatief pada setiap diri para waliyulloh tentang segala hal yang menyangkut derajat kewalian seseorang.
Nah, sebagai pemahaman yang lebih jelas, dimana Allah SWT menunjuk seseorang menjadikannya derajat waliyulloh maka pada waktu yang bersamaan nabiyulloh Hidir AS yang diutus langsung oleh malaikat Jibril AS, akan mengabarkannya kepada seluruh para waliyulloh lainnya tentang pengangkatan wali yang barusan ditunjuk tadi sekaligus dengan derajat yang diembannya. disini misteri akan menuliskan tingkatan derajat kewalian seseorang dimulai dari tingkatan yang paling atas ” Quthbul Muthlak – Athman – Arba’ul ‘Amadu – Autad – Nukoba – Nujaba – Abdal dan seterusnya” Nah dari pembedaran ini wajar bila saat itu sekuruh wali jawa berbondong datang ngalaf ilmu ketanah Cirebon, karena tak lain didaerah tersebut telah bersemayam seorang derajat Quthbul Muthlak yang sangat dimulyakan akan derajat dan pemahaman ilmunya.
Kembali kecerita syeikh Siti Jenar, sejak adanya Syarif Hidayatulloh yang telah memegang penting dalam peranan kewalian hampir seluruh wali kala itu belajar arti ma’rifat kepadanya, diantara salah satunya adalah syeikh Siti Jenar sendiri.
Empat tahun para wali ikut bersamanya dalam “Husnul Ilmi Al Kamil” / menyempurnakan segala pemahaman ilmu. dan setelah itu Syarif Hidayatulloh menyarankan pada seluruh para wali untuk kembali ketempat asalnya masing-masing. mereka diwajibkan untuk membuka kembali pengajian secara umum sebagai syiar islam secara menyeluruh. Tentunya empat tahun bukan waktuyang sedikit bagi para wali kalaitu, mereka telah menemukan jati diri ilmu yang sesungguhnya lewat keluasan yang diajarkan oleh seorang derajat Quthbul Muthlak sehingga dengan kematangan yang mereka peroleh tidak semua dari mereka membuka kembali pesanggrahannya. Banyak diantara mereka yang setelah mendapat pelajaran dari Syarif Hidayatulloh, segala kecintaan ilmunya lebih diarahkan kesifat Hubbulloh / hanya cinta dan ingat kepada Allah semata. hal seperti ini terjadi dibeberapa pribadi para wali kala itu diantaranya Syeikh Siti Jenar, Sunan Kali Jaga, Sulthan Hasanuddin Banten, Pangeran Panjunan, Pangeran Kejaksan dan Syeikh Magelung Sakti. mereka lebih memilih hidup menyendiri dlaam kecintaannya terhadap Dzat Allah SWT, sehingga dengan cara yang mereka lakukan menjadikan hatinya tertutp untuk manusia lain. keyakinannya yang telah mencapai roh mahfud membuat tingkah lahiriyah mereka tidak stabil, mereka bagai orang gila yang tidak pernah punya rasa malu terhadap orang lain yang melihatnya. seperti halnya Syeikh Siti Jenar beliau banyak menunjukkan sifat khoarik / kesaktian ilmunya yang dipertontonkan didepan kalayak masyarakat umum, sedangkan sunan kali jaga sendiri setiap harinya selalu menaiki kuda lumping yang terbuat dari bahan anyaman bambu. sulthan Hasanuddin lebih banyak mengeluarkan fatwa dan selalu menasehati pada binatang yang dia temui. Pangeran Panjunan dan Pangeran Kejaksan kakak beradik ini setiap harinya selalu membawa rebana yang terus dibunyikan sambil tak henti-hentinya menyanyikan berbagai lagu cinta untuk tuannya Allah SWT. dan Syeikh Magelung Sakti lebih dominan hari-harinya selalu dimanfaatkan untuk bermain dengan anak-anak.
Lewat perjalanan merka para hubbulloh / zadabiyah / ingatannya hanya kepada Allah SWT semata. tiga tahun kemudian mereka telah bisa mengendalikan sifat kecintaannya dari sifat bangsa Dzat Allah, kembali kesifat asal yaitu syariat Dhohir. namun diantara mereka yang kedapatan sifat Dzat Allah ini hanya Syeikh Siti Jenar, yang tidak mau meninggalkan kecintaannya untuk tuannya semata (Allah). beliau lebih memilih melestarikan kecintaannya yang tak bisa terbendung, sehingga dengan tidak terkontrol fisik lahiriyahnya beliau banyak dimanfaatkan kalangan umum yang sama sekali tidak mengerti akan ilmu kewalian.
Sebagai seorang waliyulloh yang sedang menapaki derajat fana’, segala ucapan apapun yang dilontarkan oleh Syeikh Siti Jenar kala itu akan menjadi nyata, dan semua ini selalu dimanfaatkan oleh orang-orang  culas yang menginginkan ilmu kesaktiannya tanpa harus terlebih dahulu puasa dan ritual yang memberatkan dirinya. dengan dasar ini orang-orang yang memanfaatkan dirinya semakin bertambah banyak dan pada akhirnya mereka membuat sebuah perkumpulan untuk melawan para waliyulloh. dari kisah ini pula Syeikh Siti Jenar berkali kali dipanggil dalam sidang kewalian untuk cepat-cepat merubah sifatnya yang banyak dimanfaatkan orang-orang yang tidak bertanggung jawab, namun beliau tetap dalam pendiriannya untuk selalu memegang sifat Dzat Allah. bahakan dalam pandangan Syeikh Siti Jenar sendiri mengenai perihal orang-orang yang memanfaatkan dirinya, beliau mengungkapkannya dalam sidang terhormat para waliyulloh. “bagaimana diriku bisa marah maupun menolak apa yang yang diinginkan oleh orang yang memanfaatkanku mereka semua adalah makhluk Allah, yang mana setiap apa dikehendaki oleh mereka terhadap diriku, semua adlah ketentuanNya juga” lanjutnya ” diriku hanya sebagai perantara belaka dan segala yang mengabulkan tak lain dan takbukan hanya dialah Allah semata. karena sesungguhnya adanya diriku adanya dia dan tidak adanya diriku tidak adanya dia. Allah adalah diriku dan diriku adalah Allah, dimana diriku memberi ketentuan disitu pula Allah akan mengabulkannya. jadi janganlah salah paham akan ilmu Allah sesungguhnya, karena pada kesempatanmya nanti semua akan kembali lagi kepadaNya.
Dari pembedaran tadi sebenernya semua para waliyulloh , mengerti betul akan makna yang terkandung dari seorang yang sedang jatuh cinta kepada Tuhannya, dan semua waliyulloh yang ada dalam persidangan kala it tidak menyalahkan apa barusan yang diucapkan oleh Syeikh Siti Jenar. hanya saja permasalahannya kala itu, seluruh wali sedang menapaki pemahaman ilmu bersifat syar’i sebagai bahan dasar dari misi syi’ar Islam untuk disampaikan kepada seluruh masyarakat luas yang memang belum mempunyai keyakinan yang sangat kuat dalam memasuki pencerahan arti islam itu sendiri, wal hasil semua para wali pada saat itu merasa takut akan pemahaman dari Syeikh Siti Jenar yang sepantasnya pemahaman beliau ini hanya boleh didengar oleh orang yang sederajat dengannya, sebab bagaimanapun juga orang awam tidak akan bisa mengejar segala pemahaman yang dilontarkan oleh Syeikh Siti Jenar. sedangkan pada saat itu, Syeikh Siti Jenar yang sedang kedatangan sifat zadabiyah, beliau tidak bisa mengerem ucapannya yang bersifat ketauhidan, sehingga dengan cara yang dilakukannya ini membawa dampak kurang baik bagi masyarakat luas kala itu.
Nah, untuk menanggulangi sifat Syeihk Siti Jenar ini seluruh para wali akhirnya memohon petunjuk kepada Allah SWT, tentang suatu penyelesaian atas dirinya, dan hampir semua para wali ini mendapat hawatif yang sama yaitu ” Tiada jalan yang lebih baik bagi orang yang darahnya telah menyatu dengan Tuhannya, kecuali dia harus cepat-cepat dipertemukan dengan kekasihnya ” dari hasil hawatif para waliyulloh akhirnya Syeikh Siti Jenar dipertemukan dengan kekasihnya Allah SWT, lewat eksekusi pancung. dan cara ini bagi Syeikh Siti Jenar sendiri sangat diidamkannya. karena baginya mati adalah kebahagiaan yang membawanya kesebuah kenikmatan untuk selama-lamanya dalam naungan jannatun na’im.